Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ida Ayu Nyoman Rai, Nenek Sukmawati Asal Bali, Gadis Pura Hindu yang Jatuh Cinta Pada Sang Guru

Kompas.com - 24/10/2021, 16:50 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Diah Mutiara Sukmawati Soekarnoputri, putri Presiden Pertama RI akan menjalani ritual pindah agama dari Islam ke Hindu di kawasan Sukarno Heritage Bale Agung Singaraja, Buleleng, Bali, Selasa (26/10/2021).

Ritual tersebut akan dilakukan bertepatan dengan ulang tahun ke-70 perempuan yang akrab dipanggil Sukmawati Soekarnoputri.

Kepindahan Sukawati dari Islam ke Hindu dilakukan dalam rangka mengikuti agama yang dianut neneknya sekaligus Ibu Sukarno, Ida Ayu Nyoman Rai Srimben yang merupakan warga asli Buleleng, Bali.

Baca juga: Adik Megawati hingga Kontroversi Puisi, Ini Profil Sukmawati Soekarnoputri

Keturunan bangsawan Singaraja

Sukmawati adalah anak keempat dari Sukarno, Presiden Indonesia pertama.

Sukarno lahir dari pasangan suami istri Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai, perempuan asal Buleleng, Bali yang berkasta Brahmana.

Dalam autobiografinya yang disusun Cindy Adams, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat (2011), Sukarno menceritakan kisah cinta orangtuanya.

Soekemi, sang ayah berasal dari Jawa dan berasal dari keturunan Sultan Kediri.

Baca juga: Kisah Asmara Orangtua Sukarno di Bali, Soekemi Jatuh Cinta Pada Ayu Nyoman Rai

Sementara ibunya, yang ia sebut Idayu adalah keturunan bangsawan dan Raja Singaraja terakhir adalah paman dari Idayu.

Menurut Sukarno, kakek dan moyangnya dari pihak ibu adalah pejuang kemerdekaan yang gugur dalam Perang Puputan di daerah Pantai Utara Bali yakni Kerajasaan Singaraja.

Paman sang ibu yakni Raja Singaraja yang terakhir ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke tempat pembuangan.

Baca juga: Mbok Sarinah dan Kepedihan Bung Karno Muda di Mojokerto

Belanda kemudian menduduki istana dan merampas milik kerajaan hinggga keluarga ibu Sukarno melarat.

Tempat Ida Ayu Nyoman Rai tinggal dan tumbuh dewasa dikenal sebagai Banjar Bale Agung. Lokasinya dekat dengan Pura Bale Agung yang disebut juga Pura Desa.

Ida Ayu Nyoman Rai lahir tahun 1881 dengan nama asli Nyoman Rai. Sang ayah bernama Nyoman Pasek dan sang ibu bernama Ni Made Liran.

Ia dibesarkan dalam budaya Hindu Bali yang sangat kuat karena sang kakek adalah pemuka agama Hindu.

Baca juga: Bung Karno, Mbok Sarinah, dan Mojokerto

Gadis pura yang jatuh cinta pada guru

Ilustrasi Bali - Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli, Bali.SHUTTERSTOCK / GODILA Ilustrasi Bali - Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli, Bali.
Dalam autobiografinya Sukarno mengatakan jika sang ibu menceritakan kepadanya saat Soekemi muda menaklukkan hatinya.

Saat itu, Soekemi bekerja sebagai guru sekolah rendah di Singajara. Sebagai guru, Soekami kerap datang ke muka pura untuk menikmati ketenangan.

Suatu hari Soekemi muda bertemu dengan seorang gadis muda yang bertugas membersihkan pura Hindu setiap pagi dan petang. Ia adalah Idayu.

Hari demi hari pun berlalu. Soekemi mulai memberanikan diri untuk menegur dan bebicara dengan Idayu.

Baca juga: Tak Sengaja Bertemu Risma di Makam Bung Karno, Ganjar: Loh, Ada di Sini?

"Ibu menjawab. Segera dia merasa tertarik kepada ibu, dan begitu sebaliknya," jelas Sukarno.

Sesuai adat, Soekemi mendatangi orangtua Idayu dan meminta dengan sopan gadis Bali itu menjadi istrinya.

"Mereka menjawab, "oh tidak bisa. Engkau berasal dari Jawa dan engkau beragama Islam. Tidak, sekali-kali tidak! Kami akan kehilangan anak kami," kata Sukarno menirukan cerita ibunya.

Kala itu, sampai jelang Perang Dunia II, tak ada satu pun perempuan Bali yang menikah dengan orang luar. Karena perbedaan, mereka pun memilih kawin lari.

Baca juga: Sekelumit Kisah Kedekatan Bung Karno dengan Pegawai Kereta Api

Umat Hindu dan wisatawan mengantre untuk menikmati kesegaran air pancuran di obyek wisata pemandian suci Tirta Empul yang menjadi satu kompleks dengan Istana Tampaksiring di Ubud, Bali, Minggu (7/8/2016). Potensi wisata alam dan adat menjadi andalan pariwisata Gianyar.KOMPAS/RIZA FATHONI Umat Hindu dan wisatawan mengantre untuk menikmati kesegaran air pancuran di obyek wisata pemandian suci Tirta Empul yang menjadi satu kompleks dengan Istana Tampaksiring di Ubud, Bali, Minggu (7/8/2016). Potensi wisata alam dan adat menjadi andalan pariwisata Gianyar.
Menurut kebiasaan Bali kala itu, kawin lari harus mengikuti tata cara tertentu.

Sepasang kekasih itu menginap di rumah salah satu sahabatnya. Lalu datang utusan ke rumah Idayu untuk menyampaikan jika anak gadisnya akan menikah.

Saat mendapatkan kabar tersebut, keluarga Idayu menemui Kepala Polisi yang juga sahabat ayah Idayu.

"Keluarga Ibu datang menjemputnya, tetapi Kepala Polisi itu berkata, "Tidak, dia berada dalam lindungan saya," ulang Sukarno.

Pasangan muda tersebut kemudian menjalani persidangan.

Baca juga: Patung Bung Karno Setinggi 8 Meter Dibangun di Buleleng Bali, Bakal Jadi Destinasi Wisata Nasional

Idayu Rai ditanya, ”Apakah laki-laki ini (Soekemi) memaksamu? “Tidak, tidak. Saya mencintainya dan melarikan diri atas kemauan saya sendiri,” kata Ida Ayu Nyoman Rai seperti diceritakan Sukarno kemudian.

Pasangan ini lalu tak bisa dilarang lagi. Mereka tetap melanjutkan pernikahannya.

Pengadilan menjatuhkan denda kepada Idayu sebesar 25 ringgit senilai dengan 25 dolar. Untuk membayar denda, Idayu muda menjual perhiasannya.

Pernikahan mereka berlangsung sekitar tahun 1887 dan anak pertama mereka, Sukarmini lahir Singaraja, 13 Maret 1898.

Baca juga: Sebutan Kader PDI-P Celeng Ternyata Terinspirasi Pidato Bung Karno

Pindah ke Jawa

Kampung Peneleh.https://pesona.travel Kampung Peneleh.
Setelah anak pertamanya lahir, Soekemi membawa keluarganya pindah ke Jawa. Perpindahan ini dilakukan setelah keluar surat pengangkatan Soekemi sebagai guru pada tanggal 8 Agustus 1898.

Mereka kemudian tinggal di Pandean, Surabaya, Jawa Timur. Pandean saat ini menjadi bagian dari Kampung Peneleh.

Di kampung itulah Sukarno lahir pada 6 Juni 1901 bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud. Saat itu, Idayu berusia 20 tahun.

Saat Sukarno berusia 6 tahum Soekemi mengajak keluarganya pindah ke Mojokerto. Soekemi kemudian pindah di Blitar dan menjadi guru sejak 2 Februari 1915.

Baca juga: Cerita Makam Peneleh, Bekas Kuburan Mewah Pejabat Belanda di Surabaya

Mendidik Sukarno

Idayu mendidik dua anaknya dengan bekal spiritual Hindu yang ia pelajari saat masih muda. Ia juga sering membacakan kisah Mahabarata untuk anaknya menjelang tidur.

Saat usia 15 tahun, Sukarno muda harus pindah ke Surabaya untuk meneruskan sekolah dan tinggal di rumah HOS Tjokroaminoto.

Sebelum anak bungsunya pergi, Idayu meminta Sukarno berbaring di depan rumah dan perempuan asal Bali itu melangkahi badan Sukarno bolak bali-balik sebanyak tiga kali.

Baca juga: Bukan di Blitar, Presiden Soekarno Lahir di Jalan Peneleh Surabaya

Rumah tempat kelahiran Proklamator Kemerdekaan RI Soekarno di Jalan Pandean IV, Peneleh, Surabaya, Jawa Timur,  tampak kurang terawat, Selasa (9/6/2015). Rumah itu juga sering tertutup sehingga masyarakat luas tidak sulit mengunjunginya. Pemerintah Kota Surabaya berencana membeli rumah itu supaya dapat dikelola dengan baik, tetapi sampai saat ini belum ada kesepakatan dengan pemilik rumah terkait harga.KOMPAS/HERPIN DEWANTO PUTRO Rumah tempat kelahiran Proklamator Kemerdekaan RI Soekarno di Jalan Pandean IV, Peneleh, Surabaya, Jawa Timur, tampak kurang terawat, Selasa (9/6/2015). Rumah itu juga sering tertutup sehingga masyarakat luas tidak sulit mengunjunginya. Pemerintah Kota Surabaya berencana membeli rumah itu supaya dapat dikelola dengan baik, tetapi sampai saat ini belum ada kesepakatan dengan pemilik rumah terkait harga.
Ia melakukan itu sebagai bentuk restu dari sang ibu dan Sukarno dijauhkan dari marabahaya.

"Kemudian dia menyuruhku bangkit. Sekali lagi ia memutar badanku arah ke Timur dan berkata dengan sungguh‐sungguh, 'jangan sekali‐kali kau lupakan, anakku, bahwa engkau adalah putera sang fajar," ingat Sukarno.

Idayu juga memiliki peran pada pendidikan Sukarno. Saat itu, Sukarno bersikukuh akan melanjutkan pendidikan sekolah keluar negeri.

Namun sang ibu mencegahnya karena keluarga memiliki keterbatasan biaya. Saat itu Idayu mengatakan jika anaknya tinggal di Tanah Air, maka rasa cintanya kepada bangsa ini akan semakin besar.

Baca juga: Peneleh, Kampung Para Pahlawan dan Bapak Bangsa

Sukarno pun memutuskan untuk bersekolah ke Institut Tekhnologi Bandung yang saat itu bernama Technische Hoogeschool te Bandoeng.

“Aku ingin supaya engkau tinggal di sini, di antara bangsa kita sendiri. Jangan lupa sekali‐kali, nak! Bahwa tempatmu, nasibmu, pusakamu adalah di kepulanan ini,” kata Idayu.

Ida Ayu Nyoman Rai meninggal pada 12 September 1958 di usia ke-77 dan suaminya, Seokemi meninggal pada 18 Mei 1945.

Mereka berdua dimakamkan di Blitar, Jawa Timur berdampinggan dengan makam putranya, Sukarno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Imigrasi Tangkap 19 WN Papua Nugini yang Langgar Aturan dalam 4 Bulan

Imigrasi Tangkap 19 WN Papua Nugini yang Langgar Aturan dalam 4 Bulan

Regional
Pria di Sumbawa Cabuli Anak Tetangga, Ditangkap Usai 2 Bulan Sembunyi di Lombok

Pria di Sumbawa Cabuli Anak Tetangga, Ditangkap Usai 2 Bulan Sembunyi di Lombok

Regional
Jelang Putusan MK, Sudirman Said: Apa Pun Putusannya, Hakim Akan Beri Catatan Penting

Jelang Putusan MK, Sudirman Said: Apa Pun Putusannya, Hakim Akan Beri Catatan Penting

Regional
Isak Tangis Keluarga di Makam Eks-Casis TNI Korban Pembunuhan Serda Adan

Isak Tangis Keluarga di Makam Eks-Casis TNI Korban Pembunuhan Serda Adan

Regional
Kecelakaan Maut di Wonogiri, Pengendara Motor Jatuh Sebelum Ditabrak Truk Pengangkut BBM

Kecelakaan Maut di Wonogiri, Pengendara Motor Jatuh Sebelum Ditabrak Truk Pengangkut BBM

Regional
Kaget Ada Mobil Tiba-tiba Putar Arah, Pelajar SMA di Brebes Tewas Terlindas Truk

Kaget Ada Mobil Tiba-tiba Putar Arah, Pelajar SMA di Brebes Tewas Terlindas Truk

Regional
Lebih dari Setahun, “Runway” Bandara Binuang Rusak Akibat Tanah Amblas

Lebih dari Setahun, “Runway” Bandara Binuang Rusak Akibat Tanah Amblas

Regional
Waspada Banjir dan Longsor, BMKG Prediksi Hujan Deras di Jateng Seminggu ke Depan

Waspada Banjir dan Longsor, BMKG Prediksi Hujan Deras di Jateng Seminggu ke Depan

Regional
Harus Alokasi Hibah Pilkada, Aceh Barat Daya Defisit Anggaran Rp 70 Miliar

Harus Alokasi Hibah Pilkada, Aceh Barat Daya Defisit Anggaran Rp 70 Miliar

Regional
2 Eks Pejabat Bank Banten Cabang Tangerang Didakwa Korupsi Kredit Fiktif Rp 782 Juta

2 Eks Pejabat Bank Banten Cabang Tangerang Didakwa Korupsi Kredit Fiktif Rp 782 Juta

Regional
Perbaikan Jembatan Terdampak Banjir di Lombok Utara Jadi Prioritas

Perbaikan Jembatan Terdampak Banjir di Lombok Utara Jadi Prioritas

Regional
PKS Usulkan Anggota DPR Nasir Djamil Jadi Cawalkot Banda Aceh

PKS Usulkan Anggota DPR Nasir Djamil Jadi Cawalkot Banda Aceh

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com