Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Tahun di NTT, Pengungsi Afganistan Minta Pindah ke Negara Ketiga: Kami Ingin Hidup Normal...

Kompas.com - 22/10/2021, 06:06 WIB
Rachmawati

Editor

“Tolong buka hatimu, kami minta diproses, sudah lama kami disini, cukup sudah, semua kita capek. Ada ibu hamil, anak-anak sekarang datang kesini. Kenapa? Karena kami capek,” kata Kubra dengan mata berkaca-kaca.

“Kita lari dari Afghanistan karena perang tapi disini kita mendapatkan masalah mental. Dan dalam satu tahun ini sudah ada 13 orang pengungsi yang bunuh diri (di Indonesia),” tambah Kubra.

Baca juga: Curhat Pengungsi Afghanistan di Batam, Mimpi Buruk dan Terbayang Wajah Keluarga

Kubra dan pengungsi merasa terisolasi sebab dibatasi, tidak boleh berpergian atau bekerja, dan tak mendapatkan hak sebagaimana manusia lainnya karena status pengungsi.

“Kami pengungsi sudah merasakan karantina selama bertahun-tahun, tak boleh bekerja, tidak ada hasil, tidak bisa belajar atau bertemu keluarga. Coba rasakan apa yang kami rasakan. Kami hanya ingin hidup normal di negara lain tapi kami tidak diproses kesana, hanya bilang tunggu-tunggu, sampai kapan,” kata Kubra.

Tak dapat sekolah

Para pengungsi juga menceritakan kesulitannya mereka mengakses pendidikan untuk anak-anak selama tinggal di Kupang.

Selama di NTT, hanya anak PAUD dan SD yang bisa sekolah dan pendidikan mereka tak biayai oleh IOM. Sementara para orangtuanya dilarang bekerja karena berstatus pengungsi.

Untuk pendidikan anak di bangku SMP, SMA dan pergurun tinggi tak bisa terpenuhi.

Kubra menilai di Kupang prosesnya sangat lama padahal di kota lainnya di Indonesia banyak pengungsi yang sudah berangkat ke Negara ketiga.

Kubra menyesal karena setiap bulan pihak IOM menemui mereka di penginapan untuk memberikan uang bulanan namun tak berkomunikasi tentang proses ke negara ketiga.

Baca juga: Masa Depan Tak Jelas, Puluhan Pengungsi Afghanistan Gelar Aksi di Kupang

“Beberapa kali kita omong dengan mereka (IOM), tapi tidak ada solusi, tidak ada respon. Itu yang buat kami berkumpul disini. Jika tidak ada respon maka besok kami akan datang lagi,” janji Kubra.

Sementara itu Mohaddese (20) mengaku ingin bekerja dan mengenyam pendidikan yang layak. Namun hal itu tidak diperoleh karena statusnya sebagai pengungsi.

“Kami seperti hidup di penjara, seperti burung dalam sangkar, punya sayap tapi tak bisa terbang,” kata Mohaddese.

“Kami ingin ada kesetaraan dan mendapatkan hak kami. Kami sudah menunggu dengan sangat lama, 9 tahun tapi belum ada perubahan yang signifikan. Berharap ini menjadi perhatian IOM,” kata Mahadis.

Baca juga: 62 Imigran Asal Pakistan dan Afghanistan yang Positif Covid-19 di NTT Jalani Tes PCR, Ini Hasilnya

Sementara itu Hadis (14) mengaku datang ke Indonesia saat masih berusia 6 tahun. Saat itu tak mengerti apa-apa.

Namun ia berharap bisa mewujudkan cita-cita sebagai tentara. Rekan Hadis, Amir (11) bercita-cita sebagai dokter.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NUSANTARA] Penemuan Kerangka Manusia di Gunung Slamet | Penipuan Katering Buka Puasa di Masjid Sheikh Zayed

[POPULER NUSANTARA] Penemuan Kerangka Manusia di Gunung Slamet | Penipuan Katering Buka Puasa di Masjid Sheikh Zayed

Regional
4.299 Hektare Sawah Gagal Panen Selama Banjir Demak, Produksi Beras Terancam Menurun Tahun Ini

4.299 Hektare Sawah Gagal Panen Selama Banjir Demak, Produksi Beras Terancam Menurun Tahun Ini

Regional
Curhat Korban Penipuan Katering Masjid Syeikh Zayed, Pelaku Orang Dekat dan Bingung Lunasi Utang

Curhat Korban Penipuan Katering Masjid Syeikh Zayed, Pelaku Orang Dekat dan Bingung Lunasi Utang

Regional
Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Regional
Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Regional
Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Regional
Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Regional
Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Regional
39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

Regional
Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Regional
Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Regional
Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Regional
Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Regional
Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Regional
Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com