Semangat Sri Hartuti tetap terlihat ketika melakukan tugasnya sebagai pendidik.
Dia ingin masyarakat di desanya bisa membaca dan menulis, karena banyak orang buta huruf di kampungnya.
Banyak pula anak putus sekolah karena kemiskinan.
“Pada awal mengajar di sini, anak kelas 4 SD banyak yang tidak bisa membaca. Saya ingin anak-anak di sini pandai,” ujarnya.
Dia bersyukur selama 17 tahun mengabdi bisa melihat perkembangan positif pada murid-muridnya.
Ada yang meneruskan kuliah. Bahkan sejumlah siswanya telah berhasil menjadi pengusaha sukses hingga anggota polisi.
“Meski keadaan saya begini, saya bangga kalau ada anak didik saya yang tahu lewat di sini menyapa saya. Anak didik saya sudah ada yang jadi polisi, pengusaha, dan banyak juga yang kuliah,” ujarnya terharu.
Baca juga: Seorang Warga Ngawi Ditemukan Tewas Tersengat Listrik Jebakan Tikus di Sawah
Camat Karanganyar Nur Yudhi M Arifin sampai menangis saat melihat kondisi rumah Sri Hartuti.
“Saya pertama melihat langsung tanya ke kepala dusun (Kasun), itu rumah apa seperti kandang kambing karena di depannya memang ada kambing,” ujarny Nur Yudhi saat ditemui di rumah Sri Hartuti, Kamis (21/10/2021).
Arifin mengaku baru pertama kali menemukan rumah warganya yang sangat tidak layak huni.
“Saya keliling ke sini karena persentase vaksin di kampung sini hanya 14 persen,” imbuhnya.
Arifin mengatakan akan berusaha membantu Sri Hartuti agar bisa hidup lebih layak.
Apalagi, Sri Hartuti adalah seorang guru yang sangat dibutuhkan untuk mencerdaskan para siswa.
“Saya merasa jadi camat gagal. Saya akan berusah membantu sebisanya,” ucap dia dengan mata berkaca-kaca.
(KOMPAS.COM/ Kontributor Magetan, Sukoco)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.