Badriyati, salah seorang kader PATBM mengatakan, kekerasan yang selama ini terjadi karena minimnya literasi mengenai parenting.
"Di kampung rata-rata orangnya keras. Kebanyakan nelayan, karena capek marah-marah ke anak, bapaknya yang punya masalah anak yang jadi korban, ada masalah ekononi anak yang jadi korban," ungkap Badriyati.
Badriyati pun mengaku, ketika kecil mengalami hal yang sama seperti Mahendra.
"Sekarang jangan sampai anak saya merasakan hal yang sama," kata perempuan degan tiga anak dan seorang cucu ini.
Untuk itu, ia tergerak menjadi kader PATBM untuk "memerangi" kekerasan terhadap anak.
"Kami memberikan sosialisasi kepada warga tentang pengasuhan anak. Diberi pemahaman agar memakai tiga kalimat ajaib 'tolong, permisi, dan minta maaf' ketika berkomunikasi dengan anak," ujar Badriyati.
Menurut Badriyati, PATBM kini tidak hanya fokus menangani persoalan kekerasan, tapi juga menangani kenakalan remaja.
"Dulu sangat banyak, contoh mabuk-mabukan, berkelahi, seminggu bisa dua kalau apalagi kalau ada tontonan," kata Badriyati.
Ia juga mengkampanyekan pentingnya pendidikan bagi anak-anak untuk memajukan kampung halamannya dan mengejar ketertinggalan.
Untuk mengubah budaya kekerasan di Kampung laut itu tidak semudah membalik telapak tangan.
Pembentukan PATBM tersebut bermula dari keperihatinan Yayasan Sosial Bina Sejahtera (YSBS) atas fenomena kekerasan di Kampung Laut.
YSBS melalui unit kerja Mino Martani mulai masuk memberikan pendampingan kepada para ibu muda mengenai parenting di dua desa yaitu, Panikel dan Ujunggagak.
Perlahan mereka mulai menerapkan di keluarga dengan berkomitmen tidak mengulang apa yang dilakukan orangtua mereka semasa kecil.
"Tidak mudah mendampingi masyarakat Kampung Laut, akan tetapi di Desa Ujunggagak bisa terlihat hasilnya," kata pimpinan unit kerja Mino Martani Theresia Kariah.
Sementara itu, Direktur YSBS Cilacap Romo Carolus Burrows OMI berharap tidak ada lagi kekerasan yang dialami anak-anak di Kampung Laut.
"Dengan program ini memutuskan biar kekerasan selesai di generasi kami, jangan sampai generasi penerus mengalami itu. Ini sangat penting, jadi keluarga ramah anak, sekolah juga ramah anak, agama juga ramah anak dan dunia ramah anak," kata Carolus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.