KOMPAS.com - AKA (26), seorang penagih pinjaman online (pinjol) alias debt collector, mengaku akan menyebar data dan foto nasabah yang menunggak utang.
Perempuan asal Sragen, Jawa Tengah, mengakui, foto nasabah biasanya telah diedit dengan foto porno. Hal itu dilakukan untuk mengancam nasabah agar segera melunasi utangnya.
"Biasa kayak nagih-nagih. (Yang mengedit foto) sama, saya," kata AKA.
Baca juga: Teror Debt Collector Pinjol Meresahkan, Ini Kata Praktisi Hukum Unair
Lalu, lanjut AKA, jika tak segera dilunasi, dirinya akan menyebar foto itu ke daftar kontak nasabah di ponsel.
"Gambarnya ke nasabah dulu baru ke kontak darurat," katanya.
Selain itu, AKA juga akan terus menagih utang nasabah ke daftar kontak.
"Kalau enggak respons diproses data. Telepon kontak darurat yang dicantumkan," kata AKA saat menjalani pemeriksaan di Mapolda Jateng, Selasa (19/10/2021).
Baca juga: Polda Jateng Tangkap Debt Collector Pinjol Ilegal, Kantornya Punya 200 Karyawan di Yogyakarta
AKA mengaku telah bekerja di PT AKS di Tegalrejo, Kota Yogyakarta, selama enam bulan. Setiap bulannya, AKA bisa mengantongi uang sekitar Rp 3 juta hingga Rp 4 juta setiap bulan.
Lalu, untuk honor per bulan tergantung dari persentasi target nasabah yang membayar utang.
Baca juga: Jerat Pinjol, Racun di Tengah Impitan Ekonomi dan Konsumerisme
AKA mengaku, dirinya menerima 20 persen dari total uang yang dikembalikan nasabah.
Seperti diberitakan sebelumnya, polisi telah menggerebek kantor pinjol PT AKS di Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Rabu (13/10/2021).
Atas perbuatannya tersangka dijerat dengan Pasal 45 ayat (1) jo pasal 27 ayat (1) UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dengan ancaman hukuman maksimal penjara 6 tahun dan denda Rp 1 miliar.
Baca juga: Ini Peran Bos Pinjol Ilegal yang Ditangkap Polisi
Saat itu polisi mengamankan ratusan unit komputer dan empat orang diduga para debt collector.
Sementara pemodal PT AKS yang merupakan seorang WNA masih diburu polisi.
"Pemodalnya dari WNA masih dalam pengejaran. Karyawan 200 karena masih pandemi ada yang dirumahkan. Kemarin kita temukan ada empat orang," kata Johanson.
(Penulis: Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.