Hal itu dilakukan setiap tahun. Akhirnya masyarakat sekitar meniru Kyai Guru dengan memberi makanan khas kepada warga yang lain.
“Makanan khasnya adalah sumpil, seperti ketupat, tapi kalau sumpil bentuknya segitiga, ukurannya kecil-kecil, dan dibungkus dengan daun bambu. Cara memakannya dengan sambal kelapa,” ujar Fikri yang merupakan lulusan Vrije Universiteit Amsterdam.
Baca juga: Berkah Maulid Nabi, Perajin Kembang Telur di Banyuwangi Kebanjiran Pesanan
Fikri menambahkan, karena bersedekah juga bagian dari ajaran Islam, maka kebiasaan kyai Guru diikuti oleh warga.
Mereka saling mengunjungi rumah dan bertukar makanan khas.
“Istilah ini disebut weh-wehan yang berarti saling aweh (memberi),” kata Fikri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.