Hal itu dilakukan setiap tahun. Akhirnya masyarakat sekitar meniru Kyai Guru dengan memberi makanan khas kepada warga yang lain.
“Makanan khasnya adalah sumpil, seperti ketupat, tapi kalau sumpil bentuknya segitiga, ukurannya kecil-kecil, dan dibungkus dengan daun bambu. Cara memakannya dengan sambal kelapa,” ujar Fikri yang merupakan lulusan Vrije Universiteit Amsterdam.
Baca juga: Berkah Maulid Nabi, Perajin Kembang Telur di Banyuwangi Kebanjiran Pesanan
Fikri menambahkan, karena bersedekah juga bagian dari ajaran Islam, maka kebiasaan kyai Guru diikuti oleh warga.
Mereka saling mengunjungi rumah dan bertukar makanan khas.
“Istilah ini disebut weh-wehan yang berarti saling aweh (memberi),” kata Fikri.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.