Husein mengatakan, terobosan tersebut sebagai upaya untuk mengurangi sampah plastik.
Saat ini di Banyumas sampah tas kresek telah dimanfaatkan untuk campuran aspal hotmix, namun plastik jenis lainnya belum bisa dimanfaatkan.
"Plastik banyak sekali, 60 ton per hari, ini mau dibuang ke mana? Kami sudah bekerja sama dengan perusahaan semen untuk pengolahan, tapi harus dicacah kecil-kecil dulu, kemudian dikirim ke Cilacap sehingga biaya tinggi," ujar Husein.
Baca juga: Unik, Sekolah di Lombok Ini Dibangun dengan Bahan Baku Bata dari Limbah Plastik
Husein berharap, teknologi tersebut nantinya dapat digunakan oleh perajin genteng tradisional di Desa Pancasan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas.
Desa tersebut sejak puluhan tahun lalu telah menjadi sentra pembuatan genteng tradisional dari tanah liat.
"Nanti UMKM di sana kita kasih mesin, kemudian untuk paving block bisa diproduksi oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang mengelola Tempat Pengahan Sampah Terpadu (TPST)," kata Husein.
Baca juga: Unik, Sekolah di Lombok Ini Dibangun dengan Bahan Baku Bata dari Limbah Plastik
Sementara itu, salah seorang perajin genteng asal Pancasan Amin Nurrohman mengaku, sangat senang dengan temuan tersebut.
"Jujur saya sangat terkesan dengan penemuan limbah plastik menjadi genteng, kepengin memanfaatkan juga. Yang jadi masalah mesin (untuk melebut sampah plastik) mahal," kata Amin.
Amin yang telah menjadi perajin genteng sejak 1997 ini mengatakan, di desanya ada sekitar 500 produsen genteng skala rumah tangga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.