Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Kisah Keluarga Koruptor Jadi Begal Proyek di Pusaran Korupsi Kepala Daerah

Kompas.com - 18/10/2021, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dengan kekuatan kapital yang masih dimiliki, para kepala daerah koruptor yang telah selesai menjalani masa hukumannya bisa saja kembali maju pada Pilkada berikutnya. Tidak ada aturan yang tegas soal ini.

Rakyat sendiri pun kerap mengalami amnesia politik. Tebaran sembako dan politik uang yang masif bisa membuat masyarakat lupa dengan jejak rekam masa lalu para calon kepala daerah.

Tugas partai politik

Muara dari kasus dinasti politik terjadi karena partai politik tidak selektif dalam menjaring kader untuk calon kepala daerah. Penandatanganan pakta integritas yang dilakukan partai politik hanya bersifat seremonial belaka.

Partai politik adalah alat perjuangan masyarakat dalam membangun daerahnya sehinga calon kepala daerah yang diusung harusnya memenuhi kriteria 3B: bibit, bebet dan bobot. Kriteria ini tidak saja sesuai diterapkan untuk menyeleksi calon menantu tetapi juga layak diterapkan di partai politik.

Bibit artinya keturunan. Mereka yang berasal dari dinasti politik harusnya tidak diambil oleh partai politik.

Bebet maknanya tingkat ekonomi. Kerap partai politik silau dengan setoran mahar sehingga kriteria ideal calon kepala daerah terlupakan.

Sementara bobot artinya kualitas calon kepala daerah. Ini menyangkut kepribadian, pendidikan, atau pencapaian lainnya. 

Suatu ketika Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputeri begitu berang karena disodorkan nama istri seorang kepala daerah yang akan dimajukan sebagai calon konstestan Pilkada.

Padahal sang suami pernah dua periode menjabat wakil kepala daerah dan dua periode sebagai kepala daerah.

Kerakusan politik yang tidak berbatas menjadi alasan Megawati mencoret calon itu. Megawati sadar calon yang dimajukan juga tidak memiliki pendanaan politik yang kuat. PDIP akhirnya “melepas” daerah itu meskipun daerah itu sudah lama dikuasai PDIP. 

Harus diakui, biaya politik dalam konstestasi Pilkada memang sangat tinggi. Untuk maju sebagai bupati atau walikota, minimal harus tersedia dana Rp 30 miliar. Untuk level gubernur, tentu perlu ratusan miliar rupiah.

Perputaran uang saat pilkada begitu tinggi. Tidak saja untuk pembelian merchandise kampanye, tetapi juga untuk biaya saksi yang mengawal suara saat penghitungan suara dilakukan setelah pencoblosan.

Nah, biaya tinggi selama kampanye ini seolah adalah utang yang harus dilunasi ketika si calon menjabat kelak.

Ada seorang sahabat yang maju Pilkada di sebuah kabupaten di Jawa Tengah. Ia begitu jor-joran saat awal hingga pertangahan kampanye.

Sayangnya, dia lalai menjaga tensi kemenangan di tahap akhir. Saat calon lain menebar Rp 50 ribu ke semua pemilih, sahabat saya ini hanya sanggup menyawer Rp 20 ribu. Itu pun hanya di beberapa titik kecamatan.

Kemenangan di survei ternyata berbanding terbalik dengan masifnya serangan uang coblosan. Di masa pandemi, pemilih begitu “mata duitan”. Ini yang dimanfaatkan oleh kekuatan dinasti politik yang sudah paham seluk beluk permainannya.

Di beberapa daerah, justru sifat mata duitan pemilih tidak linear dengan kemenangan calon yang rajin menebar dana. Mereka berprinsip, tolak amplopnya tapi ambil isinya. Soal pilihan tergantung nurani.

Tidak ada salahnya jika para keluarga koruptor ini menyimak pesan yang disampaikan oleh pengojek online kepada putranya di suatu siang di sebuah kontarakan padat di Kawasan Galur, Pasar Senen, Jakarta.

“Ada dua jenis orang di dunia ini. Pemberi dan pengambil. Seorang pengambil kelihatannya bisa makan enak, hidup nyaman dan bergeliman harta. Tetapi seorang pemberi sudah pasti akan tidur lebih nyenyak”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Ayah Gembong Narkoba Fredy Pratama Divonis 1,8 Tahun Penjara, Seluruh Hartanya Dirampas Negara

Ayah Gembong Narkoba Fredy Pratama Divonis 1,8 Tahun Penjara, Seluruh Hartanya Dirampas Negara

Regional
Berangkat dari Jakarta, 'Driver' Maxim Dibunuh Penumpangnya di Jalan Magelang-Yogyakarta

Berangkat dari Jakarta, "Driver" Maxim Dibunuh Penumpangnya di Jalan Magelang-Yogyakarta

Regional
Penumpang KMP Reinna Jatuh ke Laut, Saksi Sebut Posisi Korban Terakhir di Buritan

Penumpang KMP Reinna Jatuh ke Laut, Saksi Sebut Posisi Korban Terakhir di Buritan

Regional
Kecelakaan Maut Bus Eka Vs Truk di Tol Solo-Kertosono, Satu Penumpang Tewas

Kecelakaan Maut Bus Eka Vs Truk di Tol Solo-Kertosono, Satu Penumpang Tewas

Regional
Anak yang Dijual Ibu Kandung Rp 100.000, Korban Pemerkosaan Kakaknya

Anak yang Dijual Ibu Kandung Rp 100.000, Korban Pemerkosaan Kakaknya

Regional
Kronologi Ibu di LampungTewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Ungkap Kondisinya

Kronologi Ibu di LampungTewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Ungkap Kondisinya

Regional
KM Bukit Raya Terbakar Saat Masuk Muara Jungkat Kalbar, Pelni: Sudah Mulai Padam

KM Bukit Raya Terbakar Saat Masuk Muara Jungkat Kalbar, Pelni: Sudah Mulai Padam

Regional
Dibutuhkan 48 Tenaga Panwaslu di Bawaslu Kota Semarang, Ini Syaratnya

Dibutuhkan 48 Tenaga Panwaslu di Bawaslu Kota Semarang, Ini Syaratnya

Regional
Pilkada Sumsel, Holda Jadi Perempuan Pertama yang Ambil Formulir di Demokrat

Pilkada Sumsel, Holda Jadi Perempuan Pertama yang Ambil Formulir di Demokrat

Regional
Di Balik Video Viral Kebocoran Pipa Gas di Indramayu

Di Balik Video Viral Kebocoran Pipa Gas di Indramayu

Regional
Bocah Perempuan 15 Tahun Laporkan Sang Ibu ke Polisi karena Dijual ke Laki-laki Hidung Belang

Bocah Perempuan 15 Tahun Laporkan Sang Ibu ke Polisi karena Dijual ke Laki-laki Hidung Belang

Regional
Waduk Pondok Ngawi: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Waduk Pondok Ngawi: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Nostalgia Bandung Tempo Dulu, Jalan Braga Bakal Ditutup untuk Kendaraan di Akhir Pekan

Nostalgia Bandung Tempo Dulu, Jalan Braga Bakal Ditutup untuk Kendaraan di Akhir Pekan

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com