Kebetulan, Eri pernah mengenyam pendidikan di jurusan Seni Kriya Logam Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 1999.
Untuk membuat satu karya robot, dirinya mengumpulkan 5 motor tua.
Dibantu 5 orang pekerja, Eri akhirnya mampu menyelesaikan satu robot dan dikirimkan ke China.
Lima motor dipisah per bagian dan dibentuk menyerupai robot ini pertama kali dirakit tanpa menggunakan kerangka. Saat ini, Eri sudah mulai membuatnya menggunakan kerangka.
Onderdil dari lima motor tua itu dipotong per bagian. Hanya bagian motor seperti sein dan jok yang tidak digunakan. Seluruh bagian mulai dari pelek digunakan untuk membuat robot.
"Robot pertama saya beri nama Otolup, karena ada stikernya di motor 75 (yamaha V 75). Saya bikinnya sampai lembur," ucap Eri.
Baca juga: Kisah Bripka Kuat Keliling Desa Buka Jasa Cukur Gratis, Potong Rambut Gimbal Warga yang Tak Terurus
Saat bercerita, Eri menyempatkan menerangkan hasil lukisannya yang terpasang di rumahnya.
Puluhan lukisan tergantung di dinding rumah tersebut.
Setelah selesai membuat satu robot dirinya mendapatkan pesanan terus dari pembeli lukisannya. Untuk yang dikirim ke Jerman diberi nama Baret Merah.
Eri awalnya tidak menawarkan dagangannya secara langsung, hanya melalui koneksi pembeli lukisannya dulu. Kini melalui media sosial, ia memajang hasil karyanya.
"Awalnya sebulan satu replika robot dan saat ini sebulan bisa membuat 5 replika robot, dibantu 6 orang pekerja. Saat ini untuk yang mengerjakan ada 12 orang karena replika robot ini tingginya 3,5 meter dan bobotnya 350 kilogram," ucap dia.
"Untuk pembeli kebanyakan dari China, Jerman. Kemarin (pemesanan) Italia, kebetulan pesan lukisan, dan saya kirim foto (replika robot) tertarik," kata Eri.
Harga replika robot buatan Eri bervariasi tergantung kesulitannya, sekitar Rp 25 juta sampai Rp 60 juta.
Sedangkan untuk pembelinya, Eri mengaku masih didominasi dari luar negeri.
Namun sejak, karyanya viral, kini pembeli dari berbagai kota di Indonesia sudah mulai melirik, seperti Jakarta, Surabaya, hingga Sulawesi.