MAMASA, KOMPAS.com– Andarias menemukan sebatang anggrek yang melekat di batang kayu saat menelusuri hutan dalam wilayah Mamasa, Sulawesi Barat, pada 2016.
Tanaman hias itu kemudian dikembangbiakkannya di halaman rumah yang semula tidak terpakai.
Lama-kelamaan, laki-laki 41 tahun itu punya 400 jenis anggrek. Andarias pun bisa menggantungkan hidupnya dengan menjual tanaman itu.
“Alhamdulillah mulanya hanya melayani pangsa pasar lokal Sulawesi Barat, pelan-pelan mulai dapat pelanggan luar sulawesi," kata Andarias di Mamasa, Kamis (14/10/2021).
Baca juga: Upaya Konservasi Anggrek Pensil, Tanaman Langka di Bangka Belitung
Awalnya yang dijual Andarias hanya anggrek lokal. Namun setelah peminat dagangan semakin bertambah, dia mulai mengembangkan jenis dari luar daerah.
Hingga pada awal 2020, Andarias coba mengembangkan anggrek jenis alokasia yang bisa dijual hingga Rp 1 juta per pohon.
Selain memperbanyak koleksi tanamannya, pengusaha ini turut merambah media sosial untuk memasarkan produk.
"Dengan memanfaatkan media sosial saya bisa menjangkau pasar bahkan hingga ke luar negeri," katanya.
Baca juga: Mengenal Anggrek Spathoglottis dan Cara Merawatnya
Kini anggrek yang dibudidayakan Andarias sudah masuk ke pasar Thailand, Filipina, Singapura, China, Taiwan, Amerika Serikat, bahkan beberapa negara di Eropa.
Setelah pasarnya semakin luas, pria ini bisa menghasilkan omzet hingga Rp 125 juta per bulan.
Usaha budi daya tanaman hias ini, kata Andarias, menjadi penyelamatnya saat pandemi melanda.
Saat kebanyakan pelaku usaha lain sampai harus gulung tikar karena pandemi, penjualan anggrek yang digeluti Andarias dapat bertahan.
Bahkan dia bisa memberdayakan sejumlah orang yang tinggal dekat rumahnya sebagai pekerja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.