MBAY, KOMPAS.com - Penolakan pembangunan Waduk Lambo terus berdatangan dari masyarakat adat Desa Rendu Butowe, Kecamatan Asesa Selatan, Kabupaten Nagekeo, NTT.
Setiap hari, masyarakat khususnya ibu-ibu menjaga gerbang masuk menuju lokasi yang akan menjadi tempat pembangunan Waduk Lambo.
Belasan ibu-ibu berdiri tegak di gerbang masuk untuk mengadang petugas Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II dan aparat kepolisian yang hendak melakukan pengukuran, Rabu (13/10/2021).
Mereka bahkan meminta Presiden Jokowi menarik aparat dari lokasi tersebut.
"Kami minta Pak Jokowi tarik semua aparat keamanan dan petugas BWS dari lokasi. Sampai kapan pun kami tetap menolak waduk ini menenggelamkan tanah ulayat. Hidup dan mati kami sudah di sini," kata salah seorang warga bernama Hermina Mawa.
Dengan suara lantang, sejumlah ibu-ibu di lokasi melarang petugas dan aparat masuk ke lokasi.
"Tidak boleh ukur. Ini tanah ulayat kami. Kami tidak mau tanah ini hancur dan tenggelam," teriak ibu-ibu tersebut di hadapan aparat kepolisian yang hendak masuk lokasi.
"Pergi kalian dari sini. Masuk tanah orang tanpa izin pemilik," teriak mereka.
Amarah mereka pun semakin tersulut saat melihat aparat masuk ke lokasi tidak melalui jalan masuk, tetapi melalui hutan.
"Masuk di tanah kami macam pencuri. Makanya kami usir mereka dari lokasi," kata Hermina.
Baca juga: Aparat Borgol Warga Terkait Pro Kontra Pembangunan Waduk Lambo, Ini Tanggapan Polda NTT