KOMPAS.com - Ganjar Pranowo, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) angkat bicara soal sebutan celeng bagi para kader yang mendukungnya menjadi calon presiden (capres).
Seperti diketahui, sebutan celeng itu dilontarkan oleh Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Jawa Tengah (Jateng) Bambang Wuryanto atau akrab disebuat Bambang Pacul.
Baca juga: Marak Baliho Politisi Bertebaran di Tengah Pandemi, Begini Respons Ganjar
Ganjar pun menganggap sikap Bambang itu sebagai bentuk peringatan bagi para kader PDI-P untuk tertib.
"Itu mengingatkan agar semua tertib, gitu aja," kata Ganjar di kantornya, Senin (11/10/2021).
Baca juga: Disebut Celeng, Kader PDI Perjuangan Pendukung Ganjar Merasa Masih Satu Barisan
Bambang Pacul menjelaskan, kader PDI-P yang mendeklrasaikan capres 2024 tanpa perintah dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dianggap melanggar aturan partai.
Tindakan melanggar aturan itu bukanlah sikap kader partai berlogo banteng itu.
”Adagium di PDI-P itu, yang di luar barisan bukan banteng. Itu namanya celeng. Jadi, apa pun alasan itu yang deklarasi, kalau di luar barisan ya celeng,” ujar Bambang Pacul.
Baca juga: Kader PDI-P yang Disebut Celeng karena Dukung Ganjar Siap Diberi Sanksi dan Dipecat
Albertus Sumbogo, Ketua DPC Seknas Ganjar Indonesia (SGI), menjelaskan, relawan SGI hanya memberikan aspirasi sebelum Megawati memutuskan pilihan capres.
“Ikhtiar politik ini supaya memengaruhi Bu Mega, bisa juga lebih obyektif memandang kader PDI-P yang baik dan memang punya kans menang,” kata pria asal Purworejo yang juga menjadi Wakil Ketua DPC PDI, seperti dilansir dari KompasTV.
Baca juga: Antisipasi Gelombang Ketiga Covid-19 Saat Libur Nataru di Jateng, Ini Langkah Ganjar Pranowo
Terkait hal itu, ia mengaku siap menerima sanksi hingga pemecatan sebagai kader PDI-P bila dinilai melanggar aturan partai.
“Saya sudah katakan sejak awal, kalau itu dianggap melanggar aturan partai, saya sudah siap kok. Diberi sanksi sampai dengan pemecatan sebagai pribadi, saya siap,” tegas Albertus.
(Penulis: Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor: Khairina)