Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Nganjuk Protes Bau Busuk dari Pabrik Pupuk, Pemdes Upayakan Mediasi

Kompas.com - 11/10/2021, 18:29 WIB
Usman Hadi ,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

NGANJUK, KOMPAS.com – Pemerintah Desa (Pemdes) Tanjungkalang, Kecamatan Ngronggot, Nganjuk, mencoba memediasi warga yang memrotes bau busuk dengan pihak pengelola pabrik pupuk organik.

Rencananya, mediasi tersebut akan berlangung pada Selasa (12/10/2021) besok.

“Upaya dari desa itu nanti dimusyawarahkan antara pemilik pabrik dan paguyuban (warga) untuk bisa membantu memediasi,” jelas Kasi Pelayanan Pemdes Tanjungkalang, Abdul Azis, saat ditemui wartawan di kantornya, Senin (11/10/2021).

Baca juga: Viral, Foto Spanduk Bertebaran di Nganjuk, Warga Protes Bau Busuk dari Pabrik Pupuk

Bukan mediasi pertama

Ilustrasi mediasiSHUTTERSTOCK Ilustrasi mediasi

Mediasi rencananya juga turut mengundang pihak Bhabinkamtibmas dan pihak kecamatan.

Azis menuturkan, mediasi yang diupayakan pihak desa ini bukan kali pertama.

Pada tahun 2018 lalu, Pemdes Tanjungkalang juga sudah mempertemukan warga sekitar dengan pengelola pabrik pupuk organik.

“Dan ketika itu, CV Satria Jaya itu (pabrik pupuk organik yang diprotes warga) memberikan kompensasi kepada yang terdampak. Artinya lingkungan yang terdampak itu mendapat kompensasi,” ungkapnya.

Baca juga: Protes Pabrik Pupuk di Nganjuk, Warga: Harapan Masyarakat Tidak Mencium Bau dan Debu Ini

Adapun, kompensasi atau tali asih yang diberikan pihak pabrik pupuk organik berupa uang tunai sejumlah Rp 20 juta per tahun. Tali asih itu diberikan dua kali dalam setahun.

Namun karena bau busuk dan debu tak kunjung hilang, warga memilih menolak tali asih yang diberikan pihak pabrik sejak Juli 2020.

Tak hanya menolak tali asih, masyarakat setempat yang diwakili Paguyuban Warga Peduli Lingkungan juga melayangkan surat ke pihak-pihak terkait. Misalnya ke pihak pabrik dan Pemdes Tanjungkalang.

“Tanggal 7 (Oktober 2021) kemarin warga itu, perwakilan paguyuban itu memberikan surat kepada desa,” tutur Azis.

Baca juga: Cerita Ketua DPRD Nganjuk Ikuti Vaksinasi Covid-19: Saya Dulu Sudah Terpapar...

 

Spanduk protes warga atas bau busuk dari pabrik pupuk organik bertebaran di sepanjang jalan Dusun Templek, Desa Tanjungkalang, Kecamatan Ngronggot, Nganjuk, Senin (11/10/2021).KOMPAS.COM/USMAN HADI Spanduk protes warga atas bau busuk dari pabrik pupuk organik bertebaran di sepanjang jalan Dusun Templek, Desa Tanjungkalang, Kecamatan Ngronggot, Nganjuk, Senin (11/10/2021).
Dalam surat tersebut, warga menuntut supaya bau busuk pabrik dilenyapkan.

“Yang intinya itu dari isi surat tersebut tuntutan warga untuk menghilangkan bau busuk yang mengganggu pernapasan dan kenyamanan warga di lingkungan RW 6, RW 5, RW 4, RW 3, dan RW 2,” sambung dia.

Dalam surat tersebut juga, kata Azis, warga meminta pengelola pabrik menghentikan sementara operasionalnya apabila tak sanggup mengatasi polusi udara yang dihasilkan.

“Artinya warga itu masih, misalkan pabrik pupuk tidak berbau itu tidak ada masalah. Intinya seperti itu,” pungkas Azis.

Baca juga: Viral, Video Pria Rusak Patung Garuda Pancasila Sambil Teriak PKI di Nganjuk

Diberitakan sebelumnya, unggahan foto yang menggambarkan spanduk bertebaran di kawasan permukiman padat penduduk, viral di media sosial Facebook.

Spanduk dalam foto tersebut berisi protes warga atas bau busuk dan debu yang dihasilkan dari pabrik pupuk organik di wilayah setempat, yakni di Desa Tanjungkalang, Kecamatan Ngronggot, Nganjuk.

Adapun foto tersebut diunggah salah satunya oleh akun Facebook @Nasrul Muhd Fauzan.

Kompas.com telah mendatangi kantor pabrik yang dimaksud oleh warga, namun petugas keamanan setempat menyebutkan direktur perusahaan belum bisa ditemui.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berapa Gaji PPK, PPS, KPPS, dan Pantarlih di Pilkada 2024?

Berapa Gaji PPK, PPS, KPPS, dan Pantarlih di Pilkada 2024?

Regional
4 Kapal Ikan Terbakar di Pelabuhan Cilacap

4 Kapal Ikan Terbakar di Pelabuhan Cilacap

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Petani Milenial Blora yang Sempat Kerja di Korea Selatan (Bagian 2)

Kisah Adi Latif Mashudi, Petani Milenial Blora yang Sempat Kerja di Korea Selatan (Bagian 2)

Regional
Dibutakan Dendam, Suami Siri di Semarang Tusuk Istri di Rumah Majikan

Dibutakan Dendam, Suami Siri di Semarang Tusuk Istri di Rumah Majikan

Regional
Airin dan Mantan Bupati Pandeglang Daftar Jadi Bacagub Banten lewat PDI-P

Airin dan Mantan Bupati Pandeglang Daftar Jadi Bacagub Banten lewat PDI-P

Regional
Polres Siak Pasang Stiker 'Cahaya' pada Truk di Jalan Tol Permai

Polres Siak Pasang Stiker "Cahaya" pada Truk di Jalan Tol Permai

Regional
2 Residivis Jambret di 7 TKP Diringkus di Pekanbaru

2 Residivis Jambret di 7 TKP Diringkus di Pekanbaru

Regional
10.700 Vaksin Hewan Penular Rabies Diperkirakan Tiba di Sikka Awal Mei

10.700 Vaksin Hewan Penular Rabies Diperkirakan Tiba di Sikka Awal Mei

Regional
Bermesraan, 4 Pelanggar Syariat Islam di Banda Aceh Dicambuk 17 Kali

Bermesraan, 4 Pelanggar Syariat Islam di Banda Aceh Dicambuk 17 Kali

Regional
Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Regional
Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Regional
RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

Regional
Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Regional
Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com