BATAM, KOMPAS.com – Erwin (45) warga Desa Gemuruh Kecamatan Kundur Barat, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menceritakan bagaimana ia terjun ke usaha budidaya kepiting renjong, atau kepiting air payau.
Walau baru setahun dijalani, usahanya sudah mulai berkembang. Dalam sebulan, usaha ini bisa menghasilkan keuntungan Rp 10 juta-Rp 12 juta.
Jika sebelumnya ia hanya dibantu keluarga, kini dirinya memiliki 10 orang tenaga kerja untuk bersama-sama membudidayakan kepiting.
Erwin juga sudah bisa merilis sekitar 800 ekor benih kepiting ke kolam yang telah disiapkan.
Baca juga: Wagub Jabar Ajak Anak Muda Jadi Petani Milenial, Budidaya Jamur Kayu yang Permintaan Pasarnya Tinggi
Masa panen cepat, harga mahal, pangsa pasar menjanjikan,
“Saya memilih usaha pembesaran kepiting ini karena melihat pangsa pasar yang menjanjikan dengan harga yang lumayan bagus," kata Erwin kepada Kompas.com melalui telepon, Minggu (10/10/2021).
"Selain itu, konsumen seafood khususnya kepiting juga banyak, masa panen juga tidak terlalu lama kurang lebih tiga bulan sudah bisa ada hasilnya,” lanjutnya.
Baca juga: Kisah Sukses Eko Budidaya Melon Emas, Omzet Rp 75 Juta Sekali Panen
Pangsa pasar kepiting sangat menjanjikan tersebut, terutama untuk memenuhi kebutuhan wilayah Batam dan Karimun.
Di Batam, ada permintaan 500 kg kepiting per hari, sementara dari Karimun ada permintaan 100 kg kepiting per hari.
"Pasar terbesar di Batam. Untuk Batam kami belum mampu memenuhinya. Saat ini hanya bisa memasok sekitar 20 kg kepiting per harinya." kata Erwin.
Harga jual kepiting ini sekitar Rp 200.000 per kg untuk wilayah Batam. Sementara untuk wilayah Karimun Rp 150.000 per kg.
Sebagai gambaran, satu kg berisi sekitar lima hingga enam ekor kepiting renjong.
Baca juga: Berawal dari Hobi, Ita Kini Punya Usaha Budidaya Kaktus dengan Omzet Rp 20 Juta Sebulan
Beli bibit dari luar daerah
Untuk memulai usaha ini, awalnya, Erwin harus mengambil bibit kepiting dari luar daerah. Hal itu karena bibit kepiting lokal masih minim.
Ia harus merogoh kocek Rp 30 juta untuk modal awal, antara lain untuk pembuatan kolam, pembelian bibit dan penyediaan pakan.