Kondisi ekonomi keluarga merupakan faktor utama yang membuat Yesti merantau ke Surabaya.
"Orangtua saat itu bilang, 'kita di sini bisa makan, lalu bagaimana dengan kakak kamu yang di Kupang, dia sudah makan apa tidak?'," kata Yesti menirukan perkataan orangtuanya saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (7/10/2021).
"Yang membuat saya sedih, saat saya melihat kedua orangtua saya meneteskan air mata. Melihat kondisi ekonomi keluarga juga seperti itu, kakak saya juga kuliah dan harus dibiayai," sambungnya.
Setelah itu, Yesti pun memiliki keinginan kuat memperbaiki kondisi ekonomi keluarga hingga memutuskan untuk merantau ke Surabaya menjadi ART.
Saat pergi ke Surabaya, Yesti sama sekali tak membawa uang. Ia hanya membawa dua pasang pakaian, termasuk yang dipakai di badan.
"Saya sama sekali tidak bawa uang, saat itu, karena memang tidak punya uang, handphone pun tidak ada saat itu," katanya.
Sesampainya di Surabaya, Yesti kemudian bekerja sebagai ART di Surabaya sambil kuliah.
"Saya kerja jadi ART sambil pegang laptop, sambil belajar, sambil baca, garap tugas kampus dan lain lain, merekalah saksinya," ujarnya.
Setelah delapan tahun bekerja sebagai ART, pada 25 September 2021, Yesti akhirnya lulus kuliah.
Kemudian, setelah lulus kuliah, Yesti mendapat tawaran dari majikannya untuk menjadi manajer restoran yang menjual masakan khas Italia di kawasan Surabaya Barat.
"Kebetulan saya dapat job baru dari majikan. Karena anaknya ini kan punya restoran," ungkpanya.
"Jadi saya diminta untuk ikut anaknya untuk menjabat sebagai manajer di restoran itu," sambungnya.
Baca juga: 8 Tahun Merantau Jadi ART di Surabaya, Yesti Kini Sudah Sarjana dan Jadi Manajer Restoran Italia
Surat terbuka yang ditulis Inspektur Kodam (Irdam) XIII/Merdeka Sulawesi Utara Brigjen Junior Tumilaar yang ditujukan kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo berbuntut panjang.
Usai mengirimkan surat tersebut, Brigjen Junior dicopot dari jabatannya. Ia kini ditempatkan sebagai staf Khusus Kepala Staf Angakatan Darat (KSAD).
Seperti diketahui, Brigjen Junior mengirimkan surat ke Kapolri perihal surat panggilan Polri kepada Bintara Pembina Desa (Bintara) dan penangkapan rakyat miskin buta huruf oleh anggota Kepolisian Resor Kota Mananado.
Surat itu dibuat Brigjen Junior pada 15 September 20021 itu kemudian viral di media sosial.
Terkait dengan pencopotan jabatan dirinya dari Irdam XIII/Merdeka Sulawesi Utara, Brigjen Junior pun angkat bicara.
Kata Brigjen Junior, ia mengaku sudah mengetahui resiko yang akan ia terima saat dirinya membuat surat tersebut.
Bukan itu saja, ia dengan tegas mengaku tak menyesal meski harus dicopot dari jabatannya.
Junior menilai, tindakannya itu adalah sesuatu yang benar.
"Untuk apa menyesal kalau untuk hal yang benar, untuk kebaikan orang lain. Apalagi untuk kebenaran negara ini. Untuk apa kita takut, untuk apa kita hidup. bermanfaatlah bagi orang lain, untuk negara, untuk rakyat. Harus itu. jangan cuma ngomong doang," kata Brigjen Junior dikutip dari Kompas TV, Sabtu (9/10/2021).