New Normal dalam uji coba Kota Blitar ini tak berubah makna, yaitu beradaptasi dengan kehidupan baru. Hanya saja untuk tujuan bagaimana masyarakat bisa hidup berdampingan bersama dengan virus.
"Jadi virus yang sehari-hari [di lingkungan], tapi kita tidak sakit. Ini yang nanti akan terjadi," kata Alexander.
Ia melanjutkan, penerapan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak lebih diketatkan.
Tapi protokol tersebut diharapkan sudah menjadi budaya, yaitu atas kesadaran masyarakat sendiri.
Baca juga: 9 SMPN di Kota Blitar Bersiap Jadi Kawasan Penerapan Prokes Ketat
"Kemudian penduduk itu, ketika bergejala dia sudah memisahkan diri. Kalau aplikasi lindunginya [Peduli Lindungi] berwarna hitam, berarti dia tidak jalan-jalan lagi ke mal. Jadi perilaku," kata Alexander.
Ia menambahkan, tujuan uji coba untuk membangun kesadaran masyarakat ini untuk mempertahankan status Kota Blitar pada level satu atau kurang dari itu.
Jenis-jenis pelonggaran apa saja yang bisa dilakukan dalam kondisi New Normal di Blitar?
Juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan dalam status level satu daerah tersebut relaksasinya bisa sampai 100%.
Toko swalayan dan pasar rakyat sudah bisa dibuka 75% hingga pukul 10 malam.
Fasilitas umum seperti tempat wisata juga sudah bisa dimasuki oleh anak-anak usia 12 tahun—yang pada level dua belum diperbolehkan, dengan kapasitas 75%.
"Kemudian resepsi pernikahan, juga ada kemungkinan ada makan prasmanan, atau dine-in. Yang tadinya tidak bisa dine-in," kata Nadia.
Baca juga: Risiko Terbesar Penularan Covid-19, Area Makam Bung Karno di Blitar Masuk Zona Prokes Ketat
Dengan relaksasi ini, pemerintah akan melakukan uji coba terhadap protokol kesehatan, termasuk penanganan kasus.
"Tentu kalau kita sudah melakukan uji coba di Blitar, berikutnya kan ada daerah-daerah lain yang mungkin akan masuk ke PPKM level satu.
"Dan kalau sudah masuk PPKM level satu, akan berlaku protap-protap atau SOP yang kita sudah uji cobakan di Blitar ini," lanjut Nadia.
Pemkot, kata Santoso, juga akan melibatkan TNI/Polri, tokoh masyarakat, camat, dan lurah "semua kita gerakkan untuk vaksinasi."
Ia menyebut vaksinasi pertama di Kota Blitar sudah mencapai 94,46%.
"Mungkin sekarang sudah ada peningkatan lagi," katanya.
Baca juga: Warga Bingung Kota Blitar Terapkan PPKM Level 1 atau New Normal, Ini Jawaban Wali Kota
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Blitar Dharma Setiawan menambahkan uji coba ini merupakan "tantangan".
Kata dia, meskipun telah mendapat status level satu, pemerintah kota harus tetap memainkan "gas dan rem" dalam kebijakan relaksasi aktivitas masyarakat.
"Patut diingat New Normal itu kehidupan normal, tetapi protokol kesehatan nomor satu harus ditegakkan," kata Dharma.
Saat Kota Blitar memasuki kasus tinggi, makam sempat ditutup selama berbulan-bulan membuat para pedagang tak punya pemasukan.
Milu Hayati adalah pedagang suvenir di kawasan Makam Bung Karno.
Perempuan yang sudah 10 tahun berdagang di kawasan ini mengatakan, "Alhamdulilah jadi level satu. Insyaallah warga Blitar sini juga menjaga saling mengingatkan kalau ada pengunjung dari luar kota, dari mana daerah itu, menjaga protokol kesehatan."
Baca juga: Epidemiolog Ingatkan Kota Blitar Belum Aman dari Covid-19 meski Terapkan PPKM Level 1
Milu menambahkan, sejak makam dibuka perekonomian keluarganya mulai membaik.
Hal serupa juga diungkapkan Eka Astuti.
"Dengan dibukanya begini, Alhamdulilah sekali sangat-sangat bersyukur. Ekonomi berjalan dengan baik. Kita bisa memenuhi kebutuhan, menutup apa yang kemarin-kemarin kekurangan dari ekonomi kita," kata dia.
Sementara itu, warga Kota Blitar, Afik justru was-was dengan status level satu ini.
"Level satu, artinya pemerintah kota ini harus memastikan dan menjamin kalau kita benar-benar layak di sana, dan penanganan apa pun yang dilakukan ini bisa mengontrol covid-19.
"Karena yang saya takutkan justru karena penerapan PPKM level satu ini, kita malah menjadi kluster baru, malah melonjak," kata Afik.
Sebab, berdasarkan riset yang pernah ia dan rekan-rekannya lakukan, New Normal bisa diartikan masyarakat sebagai melepas masker dan boleh berkerumun.
"Kalau penelitian kita, interpretasi kita new normal itu kembali ke normal. Nggak ada corona lagi. Nggak ada pemeriksaan lagi dan sebagainya. Kita tidak bisa menyalahkan masyarakat, karena yang masyarakat tangkap kan yang pertama kali yang diyakini," kata Najmah.
Riset ini dipublikasi dalam jurnal ilmiah Intersections: Gender and Sexuality in Asia and the Pacific April lalu.
Baca juga: Uji Coba Pembukaan Makam Bung Karno Dongkrak Tingkat Hunian Hotel di Kota Blitar
Oleh karena itu, kata Najmah, pemerintah harus menghindari menggunakan istilah-istilah yang "kompleks".
"Jadi setiap bahasa yang disampaikan itu tidak ambigu dari pemerintah, mudah dicerna masyarakat. Jangan sampai menggunakan bahasa-bahasa, kompleks banget permainan kata yang tidak jelas," kata dia.
Najmah menambahkan jika uji coba protokol kesehatan di Kota Blitar gagal, maka ada kemungkinan kasus meningkat lagi, ditambah dengan varian-varian baru dari virus yang bermunculan.
Baca juga: Peziarah Banjiri Makam Bung Karno di Hari Pertama Uji Coba Pembukaan
Kebijakan sebelumnya terdapat PSBB, PSBB transisi, lockdown lokal, PPKM mikro, hingga PPKM level 1-4.
"Masyarakat saat ini sudah tidak terlalu perhatian terhadap pembatasan-pembatasan yang dilakukan pemerintah," kata Masdalina.
Ia juga menduga kebijakan-kebijakan tersebut sebagai upaya pemerintah untuk menghindari desakan ahli kesehatan untuk melakukan karantina wilayah.
Baca juga: Jelang Pembukaan Makam Bung Karno, Pedagang Suvenir Antusias Ikuti Tes Covid-19
Penurunan kasus Covid-19 belakangan ini, kata Masdalina lebih dipengaruhi oleh upaya melakukan pelacakan kontak termasuk testing, yang baru-baru ini digencarkan oleh pemerintah.
Masdalina menambahkan, lebih baik pemerintah fokus pada upaya untuk menurunkan status transmisi penularan menuju angka nol, sebagai ukuran untuk pemberlakuan relaksasi suatu wilayah.
Saat ini status transmisi di Indonesia adalah transmisi komunitas, di mana seseorang tidak tahu tertular dari siapa.
Baca juga: Pemerintah Kota Blitar Tutup Makam Bung Karno 3 Hari, Ini Alasannya
Ini merupakan transmisi tingkat paling bawah dalam status epidemiologi.
"Artinya masih banyak orang yang berkeliaran di luar sana, yang tidak dikurung, dan terus menularkan," kata Masdalina.
Transmisi selanjutnya adalah kluster yang artinya "80% kasus baru kita berasal atau mengetahui, siapa yang menularkannya."
Ketiga, transmisi sporadik di mana kasus di bawa dari luar suatu wilayah.
Dan terakhir tingkat transmisi tanpa kasus di mana selama 28 hari suatu wilayah dikatakan tak ada penularan kasus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.