BADUNG, KOMPAS.com - Proyek penutupan permanen pintu masuk Pantai Kuta dengan batako dihentikan sementara menyusul adanya protes yang disampaikan pedagang di sekitar pantai.
Salah satu pedagang, Made Rahayu (58) mengaku keberatan jika mayoritas pintu Pantai Kuta ditutup secara permanen.
Apalagi, akses masuk yang akan ditutup permanen itu berada tepat di depan hotel dan juga lokasi parkir. Padahal pengunjung biasanya masuk melalui pintu tersebut.
Baca juga: 17 Akses Pintu Masuk Pantai Kuta Ditutup Permanen dengan Batako, Ada Apa?
"Kalau ditutup (permanen) pasti sedikit orang datang, dibuka saja masih sepi," kata Rahayu saat ditemui di Pantai Kuta, Kamis (7/10/2021).
Made menuturkan, penutupan sejumlah pintu masuk Pantai Kuta tersebut akan mengurangi pendapatan para pedagang.
Apalagi, sejak Pantai Kuta kembali dibuka, jumlah wisatawan yang berkunjung tak seramai sebelum PPKM diberlakukan.
Dari segi pendapatan misalnya, Rahayu yang sehari-hari berjualan minuman itu mengaku hanya mendapatkan penghasilan maksimal Rp 20.000.
Padahal sebelum PPKM, ia setidaknya bisa mendapat penghasilan Rp 100.000 dalam sehari.
"Kalau sekarang kadang dapat Rp 10.000, Rp 15.000, atau Rp 20.000 sehari," tuturnya.
Baca juga: 6 Atlet Asal Bali yang Bertanding di PON Papua Terpapar Covid-19, Diisolasi di KM Tidar
Terpisah, Bendesa Adat Kuta I Wayan Wasista, mengakui adanya penolakan dari pedagang terkait penutupan sejumlah akses pintu masuk ke pantai.
Atas dasar itu, pengerjaan proyek tersebut untuk sementara dihentikan.
"Kita hentikan sementara, baru tiga yang kita tutup. Masyarakat ribut-ribut (protes)," kata dia.
Di sisi lain, Wasista menyayangkan adanya protes yang disampaikan para pedagang tersebut.
Pasalnya, penutupan itu dilakukan demi mengontrol jumlah wisatawan yang masuk.
Apalagi jumlah barcode PeduliLindungi yang dimiliki Desa Adat Kuta hanya berjumlah delapan barcode, lebih sedikit dibandingkan pintu masuk Pantai Kuta yang berjumlah 28.