GARUT, KOMPAS.com – Pria berinisial M (49), warga Kelurahan Sukamenteri, Garut, Jawa Barat, tidak pernah menyangka anaknya telah dibaiat menjadi pengikut Negara Islam Indonesia (NII).
Selama dua tahun ini, M hanya tahu bahwa anaknya mengikuti pengajian bersama kelompoknya di Masjid Al Mughni di Kampung Pajagalan, Kelurahan Sukamenteri.
M baru tahu anaknya terlibat pengajian NII tersebut belum lama ini, setelah anaknya mengalami kecelakaan motor.
Baca juga: 59 Anak di Garut Diduga Dibaiat Gabung NII
“Awalnya dia tidak membuka, tapi setelah kejadian kecelakaan, waktu itu bawa motor saya, akhirnya kebongkar,” kata M saat ditemui di Kantor Kelurahan Sukamenteri, Kecamatan Garut Kota, Kamis (7/10/2021).
M mengatakan, saat kejadian kecelakaan, anaknya sempat tidak pulang hingga dua hari dan mengaku tidur di rumah temannya.
Awalnya M nenduga anaknya tidak pulang karena takut dimarahi.
Namun, setelah terus ditelepon, akhirnya anaknya pulang.
Saat itu, sang anak cerita kepada M tentang kelompok pengajian yang selama ini diikuti.
M kemudian menyadari, anaknya ikut ajaran yang menyimpang.
“Yang jadi permasalahan, ada penyimpangan-penyimpangan di pengajian itu, yaitu mengkafirkan orang di luar kelompok mereka. Jadi apa-apa yang dibaiatkan ke murid-murid pengajian tersebut tidak sesuai dengan umumnya," kata M.
Baca juga: Densus 88 Selidiki Dugaan Puluhan Warga di Garut Dibaiat Gabung NII
Resah mengetahui anaknya terlibat dalam kelompok tersebut, akhirnya M melaporkan permasalahan ini ke aparat pemerintah kelurahan setempat, yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan tabayun pada Selasa (5/10/2021).
M mengatakan, anaknya mengikuti kelompok pengajian tersebut sejak sekitar dua tahun lalu, saat anaknya masih duduk di kelas VII SMP.
Sejak saat itu, M sebenarnya sudah menyadari ada perubahan perilaku pada anaknya yang berani melawan orangtua dan lebih patuh pada kelompok pengajiannya.
Tak cuma itu, anaknya bahkan memutuskan tidak mau melanjutkan sekolah.
“Sepengetahuan saya sudah dua tahun, saya melihatnya seperti pengajian biasa, jadi enggak curiga,” kata M.
M mengaku sempat punya rumah di lingkungan sekitar masjid yang digunakan anaknya mengaji.
M kenal dengan warga di sekitaran masjid tersebut, apalagi banyak juga saudaranya tinggal di dekat masjid tersebut.
“Jadi ketika anak saya main di masjid tersebut, hati saya tenang. Selain dia ngaji, di situ juga banyak saudaranya dan saya kenal dengan lingkungan di situ,” kata M.
M mengatakan, anaknya masuk NII setelah diajak teman dekatnya dan kemudian dibaiat oleh gurunya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.