Govaldo mengaku, memiliki sekitar 10 hektar lahan yang digunakan untuk budi daya durian.
Lahan tersebut terbagi dalam petak-petak dan berlainan lokasi.
Khusus untuk sentra durian, menempati lahan seluas 4,5 hektar.
Sementara untuk membangun sentra durian miliknya, Govaldo menggandeng jasa arsitek dan konsultan asal Surabaya.
Dalam merawat durian, Govaldo membentuk tim khusus yang beranggotakan lima orang.
"Kami ada tim khusus berjumlah lima orang, yang bertugas merawat durian. Tapi untuk pengetahuan mengenai budi daya durian murni otodidak, saya dan kepala pembudidayaan di sini sering survei keliling untuk melihat budidaya durian di tempat lain," kata Govaldo.
Baca juga: Tradisi Rebo Wekasan di Desa Suci Gresik Kali Ini Tanpa Kirab Tumpeng Keliling
Dia pun tidak menyangka, usahanya menuai respons positif dari masyarakat dan pecinta durian.
Pengunjung King Goval Farm tidak hanya warga lokal Gresik, melainkan dari beberapa kota lain yang ada di Jawa Timur.
Mulai kota tetangga seperti Lamongan dan Surabaya, juga Tuban, Bojonegoro bahkan hingga Malang.
"Untuk bibitnya saya dapat dari Bogor, ada juga yang dari Banyuwangi. Sebab di sini banyak varian jenis durian yang kami sediakan," tutur Govaldo.
Baca juga: Ilmuwan Singapura Ubah Kulit Durian Jadi Perban Antibakteri, Kok Bisa?
Harga paling murah di sentra perkebunan durian milik Govaldo yakni durian jenis lokal Sumatera yang dipatok Rp 69.000 per kilogram.
Sementara yang paling mahal adalah durian Musang King, yang dihargai Rp 550.000 per kilogram.
"Sementara yang paling banyak diburu orang itu durian Medan, meski ada juga yang tetap cari Musang King," ucap dia.
Baca juga: Mahasiswa UB Inovasi Krim Anti Jerawat dari Kulit Durian