LAMPUNG, KOMPAS.com - Para difabel penderita Cerebral Palsy (lumpuh otak) di Bandar Lampung menggelar pameran lukisan string art di Hari Cerebral Palsy se-dunia yang jatuh pada 6 Oktober.
Lukisan yang terbuat dari benang ini menjadi salah satu media terapi motorik para difabel tersebut.
Rehan Saputra (16) beringsut maju dari duduknya semula. Jarak antara dia dengan papan artwork masih terlalu jauh.
"Masih jauh, agak maju sedikit," kata Rehan saat peragaan proses pelukisan string art di kedai El's Coffee Rostery, Rabu (6/10/2021) pagi.
Remaja yang tidak mampu berjalan ini kemudian menunduk, meraih segulung benang dan pengaitnya.
Tangannya seperti menari, naik turun melilitkan benang di paku pada papan artwork tersebut.
"Yang ini ditebali dulu, supaya kebentuk pipinya," kata Rehan dengan kosakata yang terbata.
Selain tidak mengalami keterbatasan berjalan, cerebral palsy juga membuat Rehan kesulitan berbicara.
Lumpuh otak (cerebral palsy) adalah kondisi kelainan kongenital pada gerakan, otot, atau postur.
Cerebral palsy disebabkan oleh perkembangan otak yang tidak normal, sering kali sebelum lahir.
Baca juga: Hari Cerebral Palsy Sedunia, Kiat Mendidik Anak Cerebral Palsy
Hari Cerebral Palsy se-dunia
Pagi itu, Rehan bersama enam difabel cerebral palsy lainnya menggelar pameran string art untuk memperingati Hari Cerebral Palsy se-dunia.
Di bawah bimbingan Mbah Surip, seorang seniman yang concern pada cerebral palsy, Rehan dan teman-temannya menghasilkan 31 karya.
Tema pameran ini adalah potret para menteri Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'aruf Amin.
Untuk pameran kali ini, Rehan membuat lukisan wajah Jokowi. Hasil karya seni Rehan dipajang di pintu masuk kafe.
Baca juga: Kisah Difabel Jadi Guru TK Selama 22 Tahun hingga Dijuluki “Nenek Guru”