Di wilayah itu, kata dia, memang sudah ada tower mini bantuan Kominfo RI, tetapi karena kapasitas bandwith kecil sehingga tidak bisa digunakan untuk pelaksanaan ANBK.
"Simulasi dan gladi bersih ANBK tetap kami jalankan di atas, kami tetap berupaya keluar dari sekolah mencapai jarak 9 kilometer, anak-anak sampai di tengah hutan untuk berusaha sukseskan kegiatan simulasi itu," ujarnya.
Ia berharap, pemerintah memperhatikan infrastruktur jaringan internet dan fasilitas pendukung untuk sekolah di pelosok jika menginginkan pelaksanaan ANBK berjalan baik.
"Yang di pusat kan mau kegiatan ini bisa berjalan dengan bagus dan sukses, ya, mesti perhatian juga sekolah-sekolah di pelosok. Kekurangan kami paling pertama yakni internet, bandwith-nya dinaikkan. Lalu sarana seperti chromebook bisa ditambah, sehingga ujian tidak memakan waktu seperti ini," ungkapnya.
Baca juga: Derita Warga Sikka, Harus Naik Turun Bukit Sejauh 4 Kilometer demi Air Bersih
Ia menyebutkan, ANBK itu akan berlangsung tiga sesi dalam sehari.
Hal itu disebabkan karena ketersediaan laptop sekolah 15 unit dan kapasitasnya hanya bisa diakses untuk 15 orang.
Setiap sesi ANBK diikuti oleh 15 peserta. Sebenarnya, jika fasilitas mendukung, 45 peserta bisa ikut sekaligus.
"Semuanya bermodalkan semangat, walaupun fasilitas kami dengan 15 unit chromebook dan 1 router dari kementerian, kami tetap jalankan ANBK ini,"
Ia menambahkan, beruntung pelaksanaan ujian ANBK di kota Maumere itu didukung oleh orangtua siswa.
Mereka dengan sukarela mengumpulkan uang seadanya untuk transportasi dan makan minum anak-anak selama dua hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.