Dia pernah merantau ke Bali untuk bekerja. Solehuddin kemudian menikah dengan istrinya.
Namun sayangnya, sang istri lalu meninggal dunia karena kecelakaan.
“Dulu sempat tinggal di Kecamatan Pakusari bersama istri, ada rumah milik orang tidak dipakai,” tutur dia.
Solehuddin bersama istrinya diminta untuk tinggal dan membersihkan tempat tersebut.
Namun, ketika sang istri meninggal dunia, dia tak bisa lagi tinggal di tempat tersebut karena tidak maksimal merawat rumah milik orang lain itu.
“Saya harus bekerja cari uang, jadi akhirnya pindah,” jelas pria berusia 32 tahun itu.
Baca juga: Kisah Ibu di Aceh Utara Selamatkan 2 Anak Saat Rumahnya Diterjang Banjir
Hidup nomaden
Solehuddin sempat menyewa tempat indekos.
Namun, karena sudah tidak memiliki uang, dia hidup secara nomaden bersama anaknya.
“Kadang tinggal di emperan toko, rumah orang, pindah-pindah,” ucap dia.
Dia mengaku, rumah mertuanya juga ditempati oleh keluarganya sendiri.
Sudah tak bisa menampung dirinya, akhirnya Solehuddin memilih untuk tidak tinggal di sana.
Baca juga: Siap-siap, Bisa Naik Joyflight Keliling Jember Tiap Akhir Pekan
Tinggal di poskamling
Lalu, pada tahun 2020, dia juga menumpang untuk tinggal di halaman rumah warga di Kelurahan Baratan Kecamatan Patrang.
Namun, karena rumah tersebut dibangun, dia lagi-lagi terpaksa harus pindah.
“Kebetulan ada poskamling, akhirnya tinggal di sini,” jelas dia.
Solehuddin mengaku sudah setahun tinggal di tempat itu.
Untuk memenuhi kebutuhannya, dia bekerja serabutan, seperti membuat layang-layang untuk dijual hingga membantu tukang bengkel.
“Kadang anak saya ikut kalau bekerja,” tutur dia.
Ketika tinggal di Pakusari, kedua anaknya sempat sekolah. Namun, karena sudah sering berpindah-pindah, akhirnya sekolah mereka sudah tidak jelas.
”Apalagi sekarang daring, sudah lama tidak belajar,” tutur dia.