Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu 2 Bocah di Jember, Tinggal di Poskamling, Hidup Nomaden dan Terpaksa Berhenti Sekolah

Kompas.com - 05/10/2021, 06:00 WIB
Bagus Supriadi,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi


Dia pernah merantau ke Bali untuk bekerja. Solehuddin kemudian menikah dengan istrinya.

Namun sayangnya, sang istri lalu meninggal dunia karena kecelakaan.

“Dulu sempat tinggal di Kecamatan Pakusari bersama istri, ada rumah milik orang tidak dipakai,” tutur dia.

Solehuddin bersama istrinya diminta untuk tinggal dan membersihkan tempat tersebut.

Namun, ketika sang istri meninggal dunia, dia tak bisa lagi tinggal di tempat tersebut karena tidak maksimal merawat rumah milik orang lain itu.

“Saya harus bekerja cari uang, jadi akhirnya pindah,” jelas pria berusia 32 tahun itu.

Baca juga: Kisah Ibu di Aceh Utara Selamatkan 2 Anak Saat Rumahnya Diterjang Banjir

Hidup nomaden

Solehuddin sempat menyewa tempat indekos.

Namun, karena sudah tidak memiliki uang, dia hidup secara nomaden bersama anaknya.

“Kadang tinggal di emperan toko, rumah orang, pindah-pindah,” ucap dia.

Dia mengaku, rumah mertuanya juga ditempati oleh keluarganya sendiri.

Sudah tak bisa menampung dirinya, akhirnya Solehuddin memilih untuk tidak tinggal di sana.

Baca juga: Siap-siap, Bisa Naik Joyflight Keliling Jember Tiap Akhir Pekan

Tinggal di poskamling

Lalu, pada tahun 2020, dia juga menumpang untuk tinggal di halaman rumah warga di Kelurahan Baratan Kecamatan Patrang.

Namun, karena rumah tersebut dibangun, dia lagi-lagi terpaksa harus pindah.

“Kebetulan ada poskamling, akhirnya tinggal di sini,” jelas dia.

Solehuddin mengaku sudah setahun tinggal di tempat itu.

Untuk memenuhi kebutuhannya, dia bekerja serabutan, seperti membuat layang-layang untuk dijual hingga membantu tukang bengkel.

“Kadang anak saya ikut kalau bekerja,” tutur dia.

Ketika tinggal di Pakusari, kedua anaknya sempat sekolah. Namun, karena sudah sering berpindah-pindah, akhirnya sekolah mereka sudah tidak jelas.

”Apalagi sekarang daring, sudah lama tidak belajar,” tutur dia.

Baca juga: Kisah Petani Kopi Muda Banyuwangi Ubah Kebiasaan Turun Temurun, Wajibkan Petik Merah dan Pupuk Organik

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com