GORONTALO, KOMPAS.com – Viralnya rekaman video Menteri Sosial Tri Rismaharini yang marah-marah saat pertemuan pemadanan data Program Keluarga Harapan (PKH) banyak disayangkan warganet.
Ismail Giu, seorang warganet dalam unggahannya di media sosial menuliskan bahwa kedatangan Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial di Gorontalo telah disambut para pembesar negeri dengan genderang kebesaran adat.
Penyambutan tamu agung oleh para pembesar Negeri Gorontalo ini disebut Mopotilolo.
Baca juga: Gubernur Gorontalo Tidak Terima Risma Marah-marah dan Tunjuk-tunjuk Warganya: Saya Tersinggung
Penyambutan tamu negara ini dilaksanakan oleh para pemangku adat (Bate) U Duluwo Limo Lo Pohalaa (dewan adat dari lima negeri adat di Gorontalo).
Para pemangku adat ini menyambut saat sang Menteri Sosial di Bandara Djalaluddin ini diiringi tarian Longgo, yaitu jenis bela diri khas Gorontalo dengan iringan hantalo (genderang negeri).
Dalam penyambutan ini para bate mengucapkan tradisi lisan yang bernama Tujai.
Inilah nasihat para pemangku adat yang diucapkan untuk pejabat negara yang baru menginjakkan kakinya di Gorontalo.
Tawu, ma tawu lo Ito Eya (Rakyat, rakyat diperuntukkan bagi tuanku)
Dupoto, ma dupoto lo Ito Eya (Angin, angin diperuntukkan bagi tuanku)
Taluhu, ma taluhu lo Ito Eya (Air, air diperuntukkan bagi tuanku)
Huta, ma huta lo Ito Eya (Tanah, tanah diperuntukkan bagi tuanku)
Tulu, ma tulu lo Ito Eya (Api, api dipertukkan bagi tuanku)
Bo dila polulia to hilawo Eyanggu (Tapi jangan disalahgunakan, tuanku)
Tujai ini bermakna sangat dalam, biasa diucapkan oleh para pemengku adat (bate) saat penobatan raja.
Syair ini berisi gambaran betapa besarnya kekuasaan yang dipegang oleh pejabat negara, namun para bate ini mengingatkan untuk tidak berlaku sewenang-wenang.