MADIUN, KOMPAS.com - Maraknya penanaman porang memanfaatkan di kawasan hutan menjadi ancaman bencana banjir kiriman bagi Kota Madiun saat musim penghujan tiba.
Sebab, semak belukar di kawasan hutan yang biasa menghambat derasnya air hujan banyak yang hilang setelah ditanami porang.
“Yang kami khawatirkan begini, kalau hutan itu semakin gundul. Semak belukarnya sekarang kan ditanami porang semua. Kalau nanti air itu hujannya semakin lebat sehingga airnya turun semakin cepat. Maka kota harus semakin siap (menghadapi banjir kiriman) khususnya kota bagian wilayah timur,” ujar Wali Kota Madiun, Maidi saat membuka pelatihan mitigasi bencana di Embung Pilangbango, Kota Madiun, Selasa (28/9/2021).
Maidi menuturkan, sebelum ditanami porang, semak belukar yang berada di kawasan hutan berfungsi menghambat air hujan turun ke wilayah Kota Madiun.
Namun, setelah ditanami porang, air hujan yang turun hanya dihambat oleh tanaman porang.
Hanya saja, keberadaan tanaman porang tidak bisa menggantikan fungsi semak belukar.
Terhadap potensi bencana itu, Maidi sudah meminta BPBD Kota Madiun mengantisipasi bila banjir kiriman itu menerjang wilayah timur Kota Pecel.
“Kalau dahulu ada semak belukar maka air hujan dihambat. Sekarang dengan adanya porang itu yang menghambat porang. Tetapai porang kan tidak seperti semak belukar. Kalau ada kiriman (banjir) itu dari timur maka kami siapkan (antisipasinya) semuanya,” ujar Maidi.