KOMPAS.com- Pembangunan Jalan Tol Yogyakarta-Solo dipastikan tidak akan merusak yoni berkepala kura-kura di area persawahan Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Pemuda Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Klaten menyatakan yoni langka tersebut tidak dipindah dari posisi awalnya.
Lantaran desain dari pembangunan jalan tol yang melintasi yoni tersebut akan dibuat melayang.
"Nanti jalan layang atau jembatannya diperpanjang sehingga yoninya tidak terganggu begitu rencana awal ya," ujar Kepala Bidang Kebudayaan Disparbudpora Klaten, Yuli Budi Susilowati saat dihubungi, Selasa (28/9/2021).
Baca juga: Warga Sleman Penerima Ganti Rugi Tol Yogya-Bawen Pilih Beli Vila ketimbang Mobil
Menurut Yuli, Disparbudpora Klaten dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Tol Yogyakarta-Solo telah berkoordinasi sebelum pengerjaan fisik tol di desa itu dimulai.
"Kita sudah bicarakan soal yoni itu sejak jauh-jauh hari bahkan sejak pengukuran dan pembahasan awal dulu bahwa disitu ada yoni yang berada dalam patok tol," ucapnya.
Pada pembahasan awal, PPK Tol dan penanggung jawab proyek strategis nasional (PSN) itu memang akan dilakukan rekayasa agar yoni tidak terkena tol.
"Kita saat itu bicara dengan PPK tol dan waktu itu akan dilakukan rekayasa agar yoni tidak kena. Kemudian kita juga koordinasi dengan Balai Arkeologi (Balar) Jogja untuk lakukan rekayasa itu," jelasnya.
Baca juga: Hampir Separuh Wilayah di Padukuhan Ini Hilang karena Tol Yogya-Bawen
Dalam pembahasan awal memang terdapat beberapa opsi terkait yoni langka itu.
Satu di antaranya termasuk untuk memindahkan yoni tersebut dari posisi awalnya. Namun, opsi itu tidak jadi dilakukan.
"Untuk pemindahan tidak segampang yang kita perkirakan karena banyak sejarah dan mitos yang beredar sekitar yoni itu. Lalu pengembang tol atau penanggung jawab proyek akan adakan rekayasa dengan membuat jalan tolnya melayang," ucapnya.
Pembangunan jalan tol melayang disekitar yoni juga karena di lokasi tersebut terdapat aliran sungai.
Sebelumnya, Pengurus Pemuda Hindu Klaten Ketut Megantara mengatakan, yoni berkepala kura-kura tersebut termasuk yoni langka.
Dia belum pernah menemukan yoni dengan kepala menyerupai kura-kura atau bulus tersebut.
"Selama ini yoni yang kita temukan atau yang ada di Klaten berkepala naga atau kobra, tapi ini kepalanya kura-kura dan terbilang langka," ucapnya di lokasi yoni itu berada, Minggu (26/9/2021).
Baca juga: Curi Kabel Sisa Instalasi Proyek KRL Yogya-Solo, Seorang Pekerja Diringkus Polisi
Yoni berkepala kura-kura tersebut memiliki tinggi dan lebar sekitar 80 sentimeter.
Pada bagian sisi kanan dan kiri yoni, terdapat gundukan tanah yang sudah ditumbuhi rerumputan dan tumbuhan liar.
Di balik tumbuhan liar tersebut, tampak struktur batu bata merah berukuran yang cukup besar.
"Dulunya ini kemungkinan adalah candi karena ada beberapa struktur batu bata merah juga di sekitar yoni ini, batu bata merah itu kemungkinan pagarnya," ucapnya.
Menurut Ketut, yoni berkepala kura-kura itu diduga dibuat sekitar abad kedelapan atau satu masa dengan pembuatan candi Prambanan.
Diakui Ketut untuk Kecamatan Polanharjo, banyak tersebar yoni di areal persawahan.
Namun, yang terdampak oleh jalan tol Yogyakarta-Solo di Klaten adalah yoni berkepala kura-kura itu.
Dia pun berharap agar pembangunan jalan tol di sekitar yoni itu berada, bisa dilakukan rekayasa.
"Kami inginnya jalan tol lewat pada sisi sampingnya sehingga yoni dan situs yang ada di sekitarnya ini tetap terawat," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Ada Yoni Berkepala Kura-Kura di Klaten, Jalan Tol Yogyakarta-Solo Dibangun Melayang di Atasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.