Sementara itu, Kepala UPTD Perairan Umum Cianjur Budi Prayatna mengaku telah menerima laporan terkait adanya kematian ikan akibat kondisi cuaca tersebut.
Namun, pihaknya belum bisa memastikan nilai kerugian termasuk jumlah petambak yang terdampak.
“Masih di data di lapangan. Memang, sejak pertengahan September sudah ada laporan,” kata Budi saat dihubungi, Senin.
Budi menyebutkan, perubahan cuaca menjadi penyebab ditambah kondisi air yang surut dan adanya pendangkalan.
“Jarak antar keramba yang idealnya 50 meter, karena air yang surut sekarang jadi berdekatan (sehingga ikan rentan mati),” ujar dia.
Budi mengaku telah berkordinasi dengan para ketua kelompok petambak, dan memberikan arahan.
“Tapi sebenarnya mereka sudah pada tahu apa yang harus dilakukan, karena kondsi ini terjadi tahunan," ucap Budi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.