BANYUMAS, KOMPAS.com - Muhammad Edi Wibowo (50) sejak setahun terakhir memproduksi disinfektan di rumahnya di Desa Tambaksogra, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Uniknya, pedagang sembako ini membuat disinfektan berbahan dasar sayur dan buah-buahan yang difermentasi.
"Kebetulan saya dan istri berjualan sembako di pasar. Pulangnya sambil minta sayur dan buah yang tersisa kepada pedagang," kata Edi saat ditemui di rumahnya, baru-baru ini.
Baca juga: Mahasiswa Unair Olah Lendir Bekicot Jadi Hand Sanitizer
Menurut Edi, pembuatannya cukup mudah. Buah dan sayuran yang didapat dari pasar dicampur dengan gula merah atau molase dan air.
Perbandingannya yaitu 1:3:10. Misalnya, 1 kilogram gula merah dicampur dengan 3 kilogram campuran sayur dan buah serta 10 liter air.
"Semakin banyak buahnya akan semakin wangi. Perbandingannya 70 persen buah dan 30 persen sayur," ujar Edi.
Campuran tersebut didiamkan dalam wadah tertutup selama 30 hari. Setelah 30 hari cairan disaring dan menjadi biang atau eco enzyme.
"Untuk membuat disinfektan, biang tersebut dicampur dengan air, perbandingannya 1:10, misal 1mililiter biang dicampur dengan 1 liter air," jelas Edi.
Baca juga: Hand Sanitizer dari Sampah Kulit Buah, Inovasi Dosen Unilak Pekanbaru
Edi mengatakan, biang tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan dasar hand sanitizer.
Bahkan, Edi mengklaim cairan biang juga dapat digunakan untuk mengobati luka hingga pupuk.
Lebih lanjut, Edy mengatakan, kali pertama mengetahui eco enzyme tersebut dari saudaranya di Kalimantan.
Kemudian ia mengikuti pelatihan online komunitas Eco Enzyme Nusantara.
"Kami berusaha memanfaatkan barang-barang limbah dan bisa dikerjakan di rumah," kata Edi.
Edi kini dapat memproduksi hingga lebih dari 100 liter eco enzyme per bulan. Ia memanfaatkan galon bekas air mineral dan ember bekas cat untuk proses fermentasi
Eco enzym tersebut kemudian dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan secara gratis.
"Saya bagikan gratis, mengharapkan ridlo dari Allah. Selama saya bisa melakukan kebaikan untuk masyarakat, saya sempatkan," ujar Edi.
Tak hanya membagikan secata gratis, Edi juga tidak segan memberikan ilmu cara pembuatan eco enzyme tanpa dipungut biaya.
Sama halnya dengan Edi, Joko Prayitno, warga Desa Ajibarang Wetan, Kecamatan Ajibarang ini juga membuat eco enzyme di rumahnya.
"Saya bahan-bahannya minta kepada penju es buah," kata Joko yang bertemu Edi melalui komunitas.
Joko menceritakan, pada saat puncak pandemi Covid-19 sempat meminta bantuan kepada Edi membuat disinfektan.
"Waktu di Gumelar ada dua RT yang di-lockdown, kemudian saya minta bantuan pak Edi. Disinfektan tersebut digunakan untuk menyemprot lingkungan," ujar Joko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.