"Beberapa tempat lambang multi agama ada, sajadah Gus Dur juga kami amankan di sana. Sajadah beliau dan juga ada Alquran dan kitab yang ditulis dari daun lontar," tambah Sindhu.
Dengan adanya museum ini, Romo Sindhu berharap museum tidak hanya sebatas tempat kunjungan saja tetapi juga dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman antara satu pengunjung dengan pengunjung lain.
"Bukan museum kami tetapi milik kita, bisa dijadikan share pengetahuan dan pengalaman. Jadi bukan hanya klangenan tetapi kita menuju masa depan berdasarkan pijakan-pijakan yang kita punya," kata Romo Sindhu.
"Banyak harta yang kita punya seperti buku yang dibuat oleh Basis. Terus sastra sendiri ada beberapa karya yang ini bisa diolah dan juga tempat kerukunan menjadi satu lambang kebhinekaan adalah satu. Semoga orang ke sini tidak seperti kunjungan ke museum hanya melihat-lihat," kata dia.
Selain memperingati karyanya yang sudah berumur 40 tahun yaitu Anak Bajang Menggiring Angin, pada hari ini Sindhunata melanjutkannya dengan judul Anak Bajang Mengayun Bulan.
Cerpen karya Sindhunata ini mulai terbit Senin (27/9/2021) di harian Kompas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.