Husna mengatakan, sejak awal merintis usaha tas ini, ia dan timnya fokus mengembangkan bisnis di internet.
"Saya pelajari internet, saya masuk ke jejaring blogger, sampai akhirnya saya menemukan banyak klien itu di internet. Sampai sekarang, transaksi bisnis yang saya jalankan itu 100 persen di internet. Jarang sekali saya dapat klien secara langsung," tutur Husna.
Baca juga: Kisah Rofin, Sarjana Pendidikan yang Pilih Beternak Ayam Kampung dan Sukses Atasi Stunting
Saat ini, Husna memiliki klien di lebih dari 40 kota se-Indonesia, mulai dari Aceh sampai ke Papua.
"Dari awalnya pesan via internet dan blog itu, sekarang saya punya klien yang loyal. Mulai dari Aceh sampai Papua ada. Rata-rata, mereka puas dengan tas yang kami produksi," sebut Husna.
Husna mengatakan, setelah memiliki puluhan klien tetap dari berbagai daerah di Indonesia, sebagai legalitas ia membuat perusahaan persekutuan komanditer di bawah nama CV Oscas.
"Sebelum pandemi, omzet bisa mencapai Rp 400 juta sebulan. Setelah pandemi omzet turun hanya mencapai Rp 100 juta," tutur Husna.
Meski terpengaruh pandemi, menurut Husna, permintaan dari klien di berbagai daerah tetap ada.
"Alhamdulillah, pandemi memang pengaruh ke omzet. Tapi alhamdulillah, kita masih bisa tetap eksis, memberdayakan puluhan penjahit di Jatinangor ini, di pabrik tas yang kami rintis ini," sebut Husna.
Husna berharap pandemi cepat berakhir, sehingga kegiatan seperti seminar dan pelatihan yang biasa membutuhkan banyak tas bisa kembali dilaksanakan.
"Karena sistem pemasaran kami juga di online, kami optimistis bisa terus berkembang. Dengan begitu, saya juga bisa terus memberdayakan warga di usaha tas ini," kata Husna.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.