Purwoto mengaku, sebelum tahun 2018, petani di desanya tidak pernah mengeluhkan adanya serangan hama tikus.
Serangan tikus paling parah dialami petani pada awal tahun 2019.
“Kerugian bisa 50 persen saat itu karena banyaknya tikus,” imbuh Purwoto.
Hama tikus, menurut Purwoto, berawal dari petani sendiri yang kurang tanggap terhadap pekembangan tikus yang cepat.
Pada awalnya, petani membiarkan hama tikus karena kerugian yang disebabkan tidak seberapa.
“Kalau dulu padi dimakan tikus ya sabar mungkin jatah mereka. Kita tidak langsung membunuh tikus sampai beranak dengan cepat,” katanya.
Saat ini petani di Desa Pleset memanfaatkan segala cara untuk membasmi tikus di desanya, termasuk dengan senapan.
“Kita juga mulai memanfaatkan rumah burung hantu. Semua cara kami lakukan agar tikus tidak merajalela,” pungkas Purwoto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.