Setelah Covid-19 merebak, terjadi perubahan. Hal itu disebabkan diberlakukannya pembatasan-pembatasan yang membuat sektor ekonomi dan pariwisata sempat lumpuh.
Bagaimana tidak, saat pariwisata dilakukan pembatasan praktis mereka tidak bisa berjualan dengan cara lama.
Padahal mereka bergantung pada wisatawan dari luar Yogyakarta yang membeli bakpia untuk oleh-oleh.
Saat awal pandemi Covid-19 beberapa dari mereka harus menutup usahanya untuk sementara waktu, minimnya wisatawan, dan kurangnya pembeli, menjadi alasan untuk menutup sementara.
Tetapi, untuk sekarang ini para perajin sudah mulai berinovasi agar tetap bisa bertahan di masa pandemi.
Dengan memanfaatkan penjualan secara daring, baik itu dari e-commerce maupun memanfaatkan fasilitas yang tersedia pada ojek online.
Salah satu yang menggunakan penjualan secara daring adalah Bakpia Eny 523, salah satu perajinnya Nung (43) mengatakan awal pandemi tempatnya bekerja sempat tutup beberapa bulan.
"Awal pandemi sempat libur. Online kalau yang langganan itu biasanya nanti minta dikirim ke luar kota. Paling jauh ada yang kirim ke Sumatera ada juga dari Kalimantan," katanya saat ditemui di lokasi, Sabtu (25/9/2021).
Untuk omzet selama pandemi dia menyampaikan terjadi penurunan biasanya dalam satu hari bisa menghabiskan 20 kilo kulit bakpia tetapi selama pandemi ada penurunan.
"Omzet menurun, kalau biasanya sehari itu bisa sampai 20 kilo kulit bakpia. Mengukurnya kan pakai kulit bakpia. Pas pandemi turun drastis kadang buat kadang enggak," kata dia.
Untuk sekarang ini dengan diberlakukannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPLM) level 3, beberapa sektor sudah mulai dilonggarkan pesanan sudah berangsur normal.
"Udah agak normal. Sekarang kalau banyak pesanan bisa 20 kilo lagi bisa," imbuh dia.