KOMPAS.com - Sebuah lahan di Desa Sekapuk, Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, yang mulanya bekas galian tambang batu kapur berubah menjadi tempat wisata yang indah.
Menyuguhkan latar belakang pemandangan bukit batu kapur yang instagramable, lokasi wisata baru ini kini menjadi primadona wisata warga Gresik dan sekitarnya seperti Surabaya, Sidoarjo, Lamongan hingga Tuban.
Tempat wisata itu bernama Selo Tirto Giri (Setigi) seluas 6 hektare.
Berkat kemajuan wisatanya, kini desa yang dulunya miskin itu telah menjelma menjadi desa miliarder.
Baca juga: Kisah Kades Nyentrik di Gresik Angkat Desa Miskin Jadi Desa Miliarder Pakai Resep Gila
Selain kekompakan warganya, ada sosok pemuda yang menahkodai bangkitnya Desa Sekapuk dari keterpurukan.
Dia adalah Abdul Halim, tokoh pemuda Desa Sekapuk yang dipercaya warga sebagai kepala desa sejak akhir 2017 lalu.
Kepala desa nyentrik berambut gondrong dan berjenggot panjang itu menceritakan, tidak mudah mengubah wajah desa tempat kelahirannya hingga menjadi seperti sekarang.
Mantan nahkoda kapal ini lantas membuka resep bagaimana mengomandoi warga desanya untuk bangkit dari status miskin dan tertinggal.
Resepnya, kata dia, harus 'gila', yang merupakan akronim dari gagasan, ide, langsung dan aksi.
"Resepnya tidak sulit semua kegiatan harus gila (gagasan, ide, langsung, aksi). Jangan terlalu lama dibahas," ucap Abdul, kepada Kompas.com, belum lama ini.
Desa Sekapuk awalnya masuk kategori desa tertinggal dengan kesenjangan sosialnya tinggi, kumuh serta rawan konflik sosial.
Namun, Abdul sukses mengubah pola pikir warga sehingga memanfaatkan potensi yang ada yang bisa dikembangkan di desa itu.
"Yang paling penting dan pertama saya lakukan adalah merubah mindset warga agar lebih peduli dan melihat potensi-potensi di Desa Sekapuk," kata dia.
Pertentangan, gunjingan, hingga perlawanan nyata juga pernah dilaluinya, namun dia tetap bersabar.
Dia meyakini apa yang dia lakukan suatu saat akan berharga bagi warga desa.
"Dulu lahan wisata Setigi hanyalah tempat sampah. Saya coba bersihkan dan rapikan. Bahkan di awal pembangunan Setigi, ada fasilitas warga yang dibakar warga," ujar dia.
Di satu sisi dia sadar, kondisi psikologi warga saat itu ada yang belum menerima jika dirinya terpilih menjadi kepala desa dalam pemilihan langsung.
"Masih ada sentimen itu wajar," ujar pria yang kini belum genap berusia 40 tahun itu.
Namun, setelah berjalan 2 tahun, warga mulai merasakan dampaknya.
Semakin populernya Wisata Setigi secara tidak langsung juga mengangkat perekonomian warga Desa Sekapuk.
Warga mulai merasakan dampak ekonomi dengan menggerakkan sektor jasa dan UMKM produk makanan dan minuman seiring dengan semakin ramainya pengunjung Wisata Setigi.
Hanya dalam 3 tahun, di desa itu terbuka lapangan kerja bagi 899 kepala keluarga.
"Alhamdulillah dari masyarakat yang pendapatan awalnya Rp 400.000 sebulan bisa menjadi kisaran Rp 6-7 juta perbulan," ujar Abdul Halim.