Dia menduga ada yang memberitahu kemudian dilakukan ARY terus menerus.
Uci sudah sering mengganti bensin orang yang mengaku bensin di sepeda motornya diambil ARY.
Jika sedang tidak bekerja, Uci selalu bersama anaknya di dalam rumah dan pintu selalu ditutup.
Begitupun ketika anaknya ingin bermain di luar rumah, selalu dalam pantauan.
Hal tersebut dilakukan karena ARY selalu ingin pergi dari rumah.
"Saya tutup pintu, menjaga dia jangan keluar. Karena kalau dia keluar, dia enggak pernah mau pulang. Dia ikuti ke mana arah kakinya, ke situ dia. Dia sempat pergi jauh. Nanti pergi dengan pakaian lengkap, nanti pulangnya enggak lengkap lagi. Pernah dia pergi sampai ke Bendang, Kapias, Koramil 17, Sungai Dua, Batu Lima. Itu jauh kali dari rumah," ujar Uci.
Beruntung, di sejumlah daerah masih banyak yang mengenali ARY.
Kejadian terakhir pada Jumat pekan lalu. Pada malam sebelumnya, Uci yang bekerja sebagai penata rias pengantin pulang pukul 01.00 WIB dan tidur pukul 01.30 WIB. Dia bangun pukul 06.00 WIB.
Saat bangun, Uci menyadari anaknya sudah tidak ada di rumah. Seisi rumah bingung dan kesulitan mencari ARY.
"Jadi saya pun mau lapor polisi percuma karena belum 24 jam, saya bingung. Kalau anak normal saya tunggu sampai balik. Tapi ini kan enggak anak normal. Saking bingungnya, mau tak mau, malu tak malu saya unggah di Facebook saya dan selang setengah jam ada yang kasih tahu keberadaannya," kata Uci.
Saat Uci menuju lokasi yang dimaksud, orangtua adik iparnya melihat ARY berada di Jalan Sudirman, tepatnya di depan kantor Kejaksaan Negeri Tanjung Balai.
Saat akan dijemput, ARY menyeberang tanpa peduli lalu lalang kendaraan. Saat itu, ARY sedang memegang botol berisi bensin.
"Di situ pakaian dan badannya bau parit. Entah disiram pakai air parit atau dimasukkan ke parit lah. Udah itu mulutnya bengkak dan ada bekas tamparan di pipinya. Saya sebagai orangtua mau kek manapun kekurangannya, saya sangat sedih. Kok sampai hati kali lah gitu. Tapi iya lah, mungkin orang khilaf atau dia buat kesalahan," kata Uci.
Uci mengaku kadang menyerah dengan keadaan ARY.
Bahkan pernah terlintas di benak Uci, dia rela ARY "dipanggil" Tuhan jika benar Tuhan menyayangi anaknya itu.