Hal tersebut diungkapkan psikolog, Sayekti Pribadiningtyas. Menurutnya D sudah melakukan terapi psikologis sejak masih SD.
"Saya telah memeriksa psikologis terhadap saudara D. Setelah dilanjutkan pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa D mengidap gangguan fetishisme mukena yang diidap sejak kelas 4 SD," kata Sayekti.
Baca juga: Polisi: Laporan Kasus Fetish di Malang Unik, Butuh Analisis Mendalam
Namun terapi tersebut tidak maksimal sehingga D tetap memiliki hasrat pada mukena dari kain satin.
"D melakukan pemenuhan hasrat dengan mukena dan tidak mampu menahan fetisnya tersebut. Secara spesifik D menyukai mukena yang berasal dari kain satin," jelasnya.
Saat ini D akan melakukan terapi psikologis untuk menyembuhkan kelainannya itu.
"Saudara D memerlukan terapi dan intervensi psikologis secara mendalam. Membutuhkan waktu yang kontinu dan panjang," kata Sayekti.
Baca juga: Ahli ITE dan Bahasa Dilibatkan Usut Kasus Belasan Model Diduga Jadi Korban Fetish
Sementara itu D yang hadir saat konfrensi pers itu meminta maaf atas perbuatanya.
"Saya tidak ada maksud apapun dan saya minta maaf secara pribadi kepada para model yang fotonya saya posting di akun selfie mukena," kata D
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Andi Hartik | Editor : Dheri Agriesta. Pythag Kurniati, Priska Sari Pratiwi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.