PEKANBARU, KOMPAS.com - Gempita Leani Ratri Oktila, atlet parabadminton yang menyumbangkan dua emas dan satu perak di Paralimpiade Tokyo 2020 masih menggaung, terutama saat ia menerima bonus yang besar atas jasanya mengharumkan nama Indonesia di ajang bergengsi tingkat dunia tersebut.
Namun di balik kesuksesannya, ternyata ada kisah sedih bagaimana atlet asal Desa Siabu, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar, Riau, ini sebelum mencapai kesuksesannya.
Ternyata, Leani menjadi atlet parabadminton, setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.
Baca juga: Raih 2 Emas dan 1 Perak di Paralimpiade Tokyo, Leani Ratri Terima Rp 1 Miliar dari Gubernur Riau
Peristiwa itu dialaminya di Kota Pekanbaru, Riau, pada 2011 silam. Saat itu Leani berusia 20 tahun.
Leani mengalami patah kaki kiri dan tangan sebelah kanan.
Ternyata, yang mengobati patah tulang Leani sampai pulih adalah ayahnya sendiri.
Baca juga: Dapat Bonus dari Capaiannya di Paralimpiade Tokyo, Leani Ratri Berencana Bangun GOR di Solo
Motornya menabrak mobil di Pekanbaru, Leani patah kaki dan tangan
Hal ini dikatakan Mujiran (68), ayah kandung Leani saat berbincang dengan Kompas.com usai menyambut kedatangan Leani di VIP Lancang Kuning Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Minggu (19/9/2021).
Mujiran yang didampingi istrinya Gina Oktila (53) mengatakan, Leani kecelakaan saat mengendarai sepeda motor.
"Waktu itu dia habis tanding badminton di Pekanbaru. Usai main dia jemput baju adiknya, jadi pas di jalan dia bertabrakan dengan mobil. Dia mengalami patah tulang paha patah tangan kanan," cerita Mujiran.
Dia mengaku tidak membawa Leani ke rumah sakit. Tetapi, diobati sendiri oleh Mujiran di rumahnya.
Diobati dengan cara tradisional, tiga bulan Leani menahan sakit
Selama tiga bulan, Leani terkapar menahan sakit.
Adapun, pengobatan yang dilakukan Mujiran yakni dengan cara tradisional.
"Tak ada kami bawa Atri (sapaan Leani) ke rumah sakit. Jadi, kaki dan tangannya yang patah itu saya tarik dan saya urut," sebut Mujiran.
Memasuki bulan kelima, kondisi Leani mulai membaik. Sudah bisa berjalan dengan menggunakan tongkat.
Namun, tangan kanan yang patah belum bisa dilipat.
Baca juga: Lewat Video Call, Gubernur Riau Ucapkan Selamat untuk Leani Ratri
Belum sembuh benar, sudah latihan badminton
Ternyata, kata Mujiran, dalam kondisi seperti itu Leani masih nekat berlatih bermain badminton meski sudah dilarang.
"Dia diam-diam pergi latihan badminton ke Pekanbaru. Memang tekat dia jadi atlet dunia sangat tinggi. Kami sebenarnya sangat melarang, karena takut kakinya itu sakit lagi," kata Mujiran.
"Kemarin waktu lihat dia jatuh pas tanding di Tokyo itu, saya tegang, jantung saya mau copot. Karena, saya takut kakinya itu (patah lagi)," imbuh ibu Leani, Gina.
Baca juga: Leani Ratri, Peraih 2 Medali Emas Paralimpiade Tokyo, Kariernya Sempat Terhalang Izin Orangtua
Tak sanggup lihat Leani bertanding karena kondisi kakinya
Sementara Mujiran mengaku tak sanggup melihat anak keduanya itu bertanding.
"Saya tak sanggup lihat dia tanding, karena kondisi kakinya itu. Tapi, kami bersyukur dia tidak apa-apa," ujar bapak 10 anak ini.
Leani berhasil sembuh berkat kemampuan ayahnya yang mahir mengobati patah tulang.
Bahkan, Mujiran sudah dikenal sebagai pengobatan tradisional patah tulang.
Baca juga: Leani Ratri Oktila Raih Emas Paralimpiade Tokyo 2020, Gubernur Riau: Kebanggan Indonesia