LOMBOK, KOMPAS.com- Gendang beleq merupakan salah satu musik tradisional yang telah diwariskan orang terdahulu masyarakat Suku Sasak yang mendiami pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Masyarakat Lombok tentu tidak asing lagi dengan kelompok musik gendang beleq.
Kelompok penabuh gendang ini biasanya terdiri dari belasan personel. Mereka kerap tampil sebagai penghibur saat hajatan.
Gendang beleq biasanya digunakan sebagai pengiring tradisi nyongkolan saat resepsi pernikahan.
Tidak hanya itu gendang beleq juga digunakan untuk hajatan lain seperti saat pelaksanan khitanan atau beberapa kegiatan adat lainnya.
Namun, sebelum gendang beleq difungsikan sebagai pengiring pengantin saat nyongkolan, gendang beleq awalnya digunakan untuk pemberi semangat saat akan mengantar atau menyambut pasukan perang.
Baca juga: Tanean Lanjhang, Rumah Adat Madura, Simbol Kuatnya Kekerabatan dan Keharmonisan Cinta
Pengamat Budaya Lombok Lalu Anggawa Nuraksi menjelaskan, gendang beleq diperkirakan muncul pada abad ke-14 Masehi atau sekitar seratusan tahun pasca-letusan gunung Samalas atau Rinjani.
“Gendang beleq ini muncul pada zaman kedatuan (konsep pemerintahan Sasak) sebagai pemberi spirit untuk melepas pasukan di kala dia berangkat perang maupun di kala dia pulang, jadi dengan gendang beleq dia disambut” kata Anggawa.
Anggawa menjelaskan mengapa alat musik itu disebut gendang beleq.
Dalam bahasa Sasak beleq berarti besar. Gendang beleq disebut demikian karena mempunyai ciri khas memiliki gendang besar.
Adapun gendang beleq sendiri sendiri mempunyai panjang 110 sentimeter dengan rata-rata berat 2,5 kilogram.
“Kenapa disebut gendang beleq, karena gendangnya besar, panjang 100 meter 10 sentimeter,” kata Anggawa.
Biasanya gendang beleq terbuat dari jenis kayu yang besar namun ringan, seperti pohon meranti, pohon randu, kemudian dilubangi berbentuk tabung dan dipasangkan kulit sapi.
Dalam musik tradisional tersebut, gendang beleq awalnya memiliki 17 personel yakni dua orang sebagai penabuh gendang beleq itu sendiri, lima orang sebagai pemain ceng-ceng yakni alat musik terbuat dari baja berupa piringan.
Kemudian, dua orang sebagai pemain reong, dua orang pemukul gong, empat orang pemikul gong, satu orang pemain petuk, dan satu lagi pemain seruling.
Namun seiring perkembangan kebudayaan, gendang beleq kini sudah mengalami perubahan baik dari fungsinya maupun kuantitas jumlah personel.
Kini gendang beleq ada yang beranggotakan 20 lebih personel, terutama ada penambahan personel gendang beleq yang awalanya dua penabuh, sekarang menjadi enam hingga sepuluh penabuh.
Baca juga: Mengenal Kaldu Kokot, Kuliner Madura yang Melegenda