Mbah Jum menceritakan, anyaman bambu tersebut dijajakannya dari desa ke desa. Tak jarang, dia harus menempuh puluhan kilometer.
"Saya keliling jauh-jauh, ke daerah Jajag, sampai ke daerah kota juga. Berangkat jam 7 pagi laku tidak laku jam 1 siang saya pulang," terangnya kepada Kompas.com saat ditemui di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Penganjuran, Kecamatan Banyuwangi.
Baca juga: Kisah Ipul Siswa SD Kayuh Sepeda 20 Km Ditemani Ibu untuk Bertanding Karate, Pulang Bawa Trofi Juara
Anyaman bambu tersebut ditawarkan seharga Rp 75.000. Namun, agar laku, ia tak jarang menurunkan harga hingga Rp 60.000.
Jumali sadar, konsekuensi keputusannya itu adalah penghasilannya juga ikut turun.
"Tipis hasilnya, saya kasih Rp 60.000 kadang, dengan penghasilan Rp 20.000-Rp 30.000 setiap gedek nya, karena saya bagi hasil sama yang buat, di sini saya menjualkan. Tapi, alhamdulillah masih cukup, saya juga tidak mengeluh," ungkapnya.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Bali, Imam Rosidin | Editor: Robertus Belarminus)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.