Menurutnya, sang istri sangat semangat mengikuti tes PPPK. Bahkan sebelum sakit, Imas bersama rekan-rekannya aktif memperjuangkan hak para guru honorer untuk diangkan sebagai PNS.
"Sejak dulu dia semangat, sudah beberapa kali ikut seleksi CPNS sejak 2013," ungkap Nana.
Walaupun sakit, semangat Imas untuk mengajar tak pudar. Walaupun daring, akan ada guru lain mendampinginya.
"Saat ini ngajar daring dari rumah, ada guru lain yang mendampingi," kata dia.
"Dia selalu semangat. Itu cita-citanya sejak dulu. Menjadi pendidik untuk mencerdaskan anak-anak," ucap Nana sambil memegangi lutut Imas.
Nana berharap istrinya lolos seleksai dan kembali sehat seperti sedia kala.
"Harapan kami, dia (Imas) bisa diangkat (PPPK)," ungkap dia.
Imas dan Nana menikah tahun 2001 dan dikaruniai anak.
Suatu hari, Imas meminta izin ke Nana untuk kembali sekolah dan mengajar. Imas adalah lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan melanjutkan kuliah di UPI Purwakarta.
"Saya izinkan, karena memang latar dia pendidikan guru," kata dia.
Nana bercerita sebelum sakit, istrinya beberapa kali ikut aksi bersama para guru honorer termasuk ke Jakarta.
Baca juga: Ketua Komisi X Nilai Seleksi PPPK Guru Tak Ramah untuk Guru Honorer Senior
"Karena itu, kami berharap kepada kepada pemerintah agar diangkat (PPPK), dan sehat kembali. Itu saja," ujar dia sembari matanya berkaca-kaca.
Imas pun langsung menimpali perkataan Nana.
"Yang lain yang belum diangkat semoga juga diangkat," kata Imas.
Suatu hari, pabrik tempat Nana bekerja bangkrut. Ia pun beralih menjadi penjual es serut atau apa saja yang tengah musim.