Nana menyebut, stroke yang diderita Imas berawal dari makanan. Awalnya, istrinya terkena darah tinggi.
Saban Imas ada keperluan, misal ke sekolah karena ada tugas, ia selalu mengantarnya, menggunakan sepeda motor yang juga biasa ia gunakan untuk berjualan es serut keliling.
Sebab, dua tahun ke belakang pembelajaran dilakukan secara online.
"Dia selalu semangat. Itu cita-citanya sejak dulu. Menjadi pendidik untuk mencerdaskan anak-anak," ucap Nana sambil memegangi lutut Imas.
Semangat tak patah arang itu, kata Nana, sudah dimiliki istrinya sejak muda.
Jauh sebelum sakit, Imas beberapa kali bahkan ikut melakukan aksi bersama para guru honorer, termasuk ke Jakarta.
"Karena itu, kami berharap kepada kepada pemerintah agar diangkat (PPPK), dan sehat kembali. Itu saja," ujar dia sembari matanya berkaca-kaca.
Imas pun langsung menimpali perkataan Nana.
"Yang lain yang belum diangkat semoga juga diangkat," kata Imas.
Di SDN Wancimekar 1, Imas kini mengajar kelas 4. Ia mengajar semua mata pelajaran, kecuali olahraga dan pendidikan agama.
Saat pandemi Covid-19 melanda, pembelajaran pun dilakukan secara daring. Ia sehari-hari mengajar menggunakan teleon genggam dari rumah.
"Ada guru lain yang mendampingi. Alhamdulillah banyak yang mendukung," ungkap Imas.
Imas dan Nana menikah tahun 2001 dan dikaruniai seorang anak.
Baca juga: Viral, Sedang Renovasi Rumah Malah Dipungli Preman, di Kantor Polisi Pelakunya Minta Maaf
Suatu hari, Imas meminta izin kepada Nana untuk melanjutkan sekolah dan mengajar.
Imas merupakan lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Ia kemudian melanjutkan kuliah di UPI Purwakarta.
"Saya izinkan, karena memang latar dia pendidikan guru," kata dia.
Suatu hari, pabrik tempat Nana bekerja bangkrut. Ia pun beralih menjadi penjual es serut atau apa saja yang tengah musim.