Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Makam Peneleh, Bekas Kuburan Mewah Pejabat Belanda di Surabaya

Kompas.com - 18/09/2021, 11:51 WIB
Achmad Faizal,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Sebuah kompleks pemakaman tua di Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, melengkapi bukti sejarah bahwa Kota Surabaya, Jawa Timur, pernah menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda seabad lalu.

Warga Surabaya biasa menyebut pemakaman seluas 6,4 hektar tersebut dengan sebutan Makam Peneleh sementara dalam bahasa Belanda disebut De Begraafplaats Soerabaia.

Makam Peneleh berlokasi tidak jauh dari Kampung Pahlawan Peneleh, tempat Presiden Soekarno dilahirkan serta tempat tinggal pahlawan nasional Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto.

Kompleks makam yang sudah tidak terpakai tersebut kini menjadi tujuan wisata heritage.

Baca juga: Hilangkan Kesan Seram, Makam di Salatiga Dicat Warna-warni

Lokasi tersebut juga kerap menjadi obyek menarik bagi komunitas fotografi karena berlatar belakang makam khas Eropa.

Pegiat sejarah Kuncarsono Prasetyo mengatakan, ada 3.500 lebih jasad yang dikuburkan di komplek makam yang dibangun pada 1814 itu.

Beberapa di antaranya Residen Surabaya Daniel Francois Willem Pietermaat (1790–1848), Gubernur Jenderal Hindia Belanda Pieter Merkus (1787–1844), Wakil Direktur Mahkamah Agung Hindia Belanda Pierre Jean Baptiste de Perez, hingga seorang penerjemah dan ahli bahasa terkemuka saat itu Van Der Tuuk.

Tulisan di beberapa makam dengan bahasa Belanda masih jelas menyebut informasi siapa yang dimakamkan dan kapan jenazah lahir dan dimakamkan.

Menurut Kuncar, Makam Peneleh tidak hanya untuk petinggi Hindia Belanda. Beberapa juga ada jasad warga Jerman, Inggris, Jepang, Asia dan lainnya.

"Satu makam rata-rata dipakai untuk lebih dari dua jasad, tidak seperti sekarang yang ditutup permanen setelah dipakai menguburkan satu orang," katanya kepada KOMPAS.com, Selasa

Baca juga: Rumah Warga di Solo Terdapat 5 Makam Putra Keturunan Mangkunegara IV

Makam Peneleh menurutnya merupakan pemakaman modern di eranya dengan konsep klaster yang dibagi menurut pangkat, jabatan dan keluarga.

"Ini menandakan tingkat diskriminasi sosial yang tinggi pada zaman kolonial," ujarnya.

Jenazah yang memiliki jabatan dan tingkat sosial yang tinggi menempati makam yang lebih megah dengan ornamen yang lebih mewah.

Bekas bangunan mewah makam Peneleh Surabaya.KOMPAS.COM/ACHMAD FAIZAL Bekas bangunan mewah makam Peneleh Surabaya.
Berdasarkan literasi yang ada, kata Kuncar, Makam Peneleh ditutup pada 1924 karena sudah penuh.

Pemerintah Hindia Belanda saat itu memindahkan makam ke komplek makam Kembang Kuning di Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan.

Baginya, Makam Peneleh adalah laboratorium sejarah desain dan arsitektur.

Bukan hanya model bangunan makamnya yang berbeda tiap zaman, namun juga  material pembuatannya, bentuk fontnya, simbol simbolnya, hingga ornamen ragam hiasnya.

"Ada perkawinan desain Belanda - Jawa dari bentuk makam. Ada konstruksi atap seng plus ornamen lisplang berukir tembaga," ucapnya.

Baca juga: Warga Temukan Terowongan Kuno di Klaten, Bermula Keruk Embung Peninggalan Belanda

Namun karena tidak terawat, banyak bagian-bagian makam yang hilang begitu saja, karena itu dia mendesak Pemkot Surabaya segera menetapkan kompleks Makam Peneleh sebagai cagar budaya.

Pakar Sejarah Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Purnawan Basundoro menyebut Makam Peneleh adalah makam khusus untuk pejabat Hindia Belanda saat itu.

"Warga non Belanda tidak boleh dimakamkan di situ," ujarnya.

Saat itu, lokasi Makam Peneleh dipilih karena lokasinya jauh dari pemukiman warga.

"Saat itu pusat pemerintahan ada di sekitar Jembatan Merah, jadi makam Peneleh saat ini dulu lokasinya jauh dari pemukiman," terangnya.

Prof Purnawan Basundoro yang juga anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Surabaya mengaku sudah mengusulkan Makam Peneleh sebagai cagar budaya Kota Surabaya.

"Tim sudah mengusulkan agar makam Peneleh masuk daftar cagar budaya Kota Surabaya karena kita anggap sebagai sejarah berdirinya Kota Surabaya," ujarnya.

Baca juga: Gali Tanah untuk Buat Kolam, Warga Klaten Temukan Terowongan Peninggalan Belanda

Dia mengaku tidak tahu kapan surat keputusan Wali Kota Surabaya tentang status cagar budaya Makam Peneleh diturunkan.

"Yang penting kita sudah mengusulkan," jelasnya.

Setelah ditetapkan sebagai cagar budaya, pengelolaan makam Peneleh kata dia akan lebih serius dari sisi pengamanan dan pemeliharaan.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Antiek Sugiharti membenarkan ada usulan untuk menjadikan Makam Peneleh sebagai bangunan cagar budaya di Surabaya.

"Tapi masih dalam proses analisis dan kajian tim Disbudpar Kota Surabaya," katanya dikonfirmasi terpisah.

Jika analisis dan kajian sudah memenuhi syarat, maka penetapan sebagai cagar budaya akan dilalukan oleh wali kota melalui surat keputusan.

"Kalau analisisnya memenuhi syarat nanti wali kota yang akan memutuskan," terangnya.

Baca juga: Monumen Kepet: Perjuangan Rakyat Tuban Bergerilya Melawan Tentara Belanda

Saat ini di Surabaya ada 289 cagar budaya. 266 berbentuk bangunan, 22 berupa kawasan dan 1 objek cagar budaya berupa situs.

Terpisah, Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono menyebut usulan agar Makam Peneleh dijadikan sebagai cagar budaya adalah masukan yang baik, dan akan dijadikan bahan diskusi oleh panitia khusus cagar budaya yang dalam waktu dekat akan dibentuk oleh DPRD Surabaya.

"Ini momentumnya tepat, karena sebentar lagi DPRD Surabaya akan membentuk pansus tentang tim cagar budaya. Semoga usulan makam peneleh sebagai cagar budaya menjadi bahan diskusi yang menarik di forum pansus," ucapnya.

Karena syarat penetapan cagar budaya adalah salah satunya mendapat persetujuan dari DPRD Surabaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TKW Asal Cianjur Diduga Jadi Korban Kekerasan Majikan di Irak, Kini Minta Dipulangkan ke Indonesia

TKW Asal Cianjur Diduga Jadi Korban Kekerasan Majikan di Irak, Kini Minta Dipulangkan ke Indonesia

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Regional
2 Perempuan Indonesia Kabur Saat Hendak Dijadikan Penghibur di Malaysia

2 Perempuan Indonesia Kabur Saat Hendak Dijadikan Penghibur di Malaysia

Regional
[POPULER REGIONAL] Rencana Satyalancana untuk Gibran dan Bobby | Demi Anak, Ayah Nekat Curi Susu

[POPULER REGIONAL] Rencana Satyalancana untuk Gibran dan Bobby | Demi Anak, Ayah Nekat Curi Susu

Regional
Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan Sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan Sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Regional
Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Regional
Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Regional
19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

Regional
Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Regional
Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Regional
Cemburu Pacarnya 'Di-booking', Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Cemburu Pacarnya "Di-booking", Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Regional
Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Regional
Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com