SUMEDANG, KOMPAS.com - Angklung merupakan alat musik tradisional asli Jawa Barat, Indonesia.
Untuk memudahkan mempelajari cara memainkan angklung, ada pola atau metode pembelajaran khusus yang dinamakan kodaly.
Namun saat ini, kodaly atau sistem pembelajaran untuk mempermudah dalam memainkan dan memahami intonasi nada dalam alat musik angklung ini masih sangat jarang diketahui.
Selain itu, sudah jarang pula, pengajar atau seniman yang memahami metode kodaly ini.
Salah satu seniman musik yang masih konsen mengembangkan kodaly di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat yaitu Bambang Samsudin.
Baca juga: Cerita di Balik Unggahan Viral Saung Angklung Udjo Lelang Alat Musik
Di Kabupaten Sumedang, pria kelahiran Bandung, 8 Desember 1962 ini dikenal sebagai maestro kodaly.
"Sejak tahun 1982 mulai ngajar. Pertama dulu di sekolah-sekolah di Kota Bandung. Kemudian sekitar tahun 2002-2003, karena Ibu saya asli Sumedang, saya kembali ke sini dan mulai mengajar seni angklung di sekolah-sekolah di Sumedang," ujar Bambang kepada Kompas.com, di Sanggar Seni Angklung Budi Asih, di Jalan Budi Asih, Kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan, Jumat (17/9/2021) sore.
Baca juga: Nasib Saung Angklung Udjo, Seniman Beralih Jadi Tukang Sayur, Kesulitan Cicil Utang Bank
"Karena angklung memiliki suara yang sangat berbeda, yang tidak bisa ditiru musik teknologi. Angklung juga punya nilai filosofis tersendiri. Alat musik ini tidak bisa berdiri sendiri, mengarahkan untuk disiplin, gotong royong, rasa memiliki itu ada di angklung. Juga karena ini alat musik asli Indonesia," tutur Bambang.
Baca juga: Sulit Bayar Utang karena Pandemi, Saung Angklung Udjo: Tolong, Jangan Ada Debt Collector ke Sini
Metode kodaly mudah dipelajari
Kodaly, kata Bambang, merupakan gerak tangan yang diperankan arranger untuk mengarahkan para pemain angklung memahami intonasi nada doremi pasolasido.
"Saya mulai mempelajari kodaly itu tahun 1982. Waktu itu, sangat sulit sekali mengajarkan angklung melalui metode lain termasuk melalui visual gambar. Tapi setelah memahami kodaly ini, anak-anak (pelajar) mudah memahaminya," sebut ayah dari Alenia Ratu Syamira (17), Beliana Fasa Syamira (15), Zanaka Bambang Wibisana (13), dan Donaminati Syamira (9) ini.