Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kerajaan Majapahit: Awal Mula Berdiri hingga Keruntuhan

Kompas.com - Diperbarui 13/04/2022, 16:02 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com- Sejarah Kerajaan Majapahit mulai dari kapan berdiri, siapa raja-raja yang menduduki tahta Majapahit, letak atau lokasi Majapahit, hingga kapan runtuhnya Majapahit akan dibahas di artikel ini. Termasuk juga masa keemasan Majapahit dan situs-situs peninggalan yang hingga kini masih bisa kita saksikan. 

Kerajaan Majapahit berdiri pada akhir abad ke-13. Kerajaan Hindu-Buddha ini mengalami masa kejayaan pada abad ke-14.  Raja pertama adalah Raden Wijaya.

Dia dinobatkan menjadi raja pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka, atau bertepatan dengan tanggal 10 November 1293.

Reden Wijaya, sang pendiri Kerajaan Majapahit, bergelar Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana.

Masa pemerintahan Raden Wijaya berlangsung selama 16 tahun, yakni pada 1293 Masehi hingga 1309 Masehi.

Keruntuhan Kerajaan Majapahit diperkirakan terjadi pada abad ke-16.

Baca juga: Sejarah Kerajaan Majapahit: Pendiri, Puncak Kejayaan, hingga Pemberontakan

Sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit

Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, melakukan ekskavasi di kawasan petilasan Ratu Kerajaan Majapahit Tribhuwana Tunggadewi, di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (20/8/2019).KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, melakukan ekskavasi di kawasan petilasan Ratu Kerajaan Majapahit Tribhuwana Tunggadewi, di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (20/8/2019).

Sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit bermula dari permohonan Raden Jayawijaya kepada Jayakatwang untuk membuka hutan di daerah Tarik.

Jayakatwang merupakan raja Kerajaan Gelanggelang. Ia adalah sosok yang berpengaruh terhadap keruntuhan Kerajaan Singasari.

Kertanegara, pemimpin Singasari yang juga mertua Raden Jayawijaya, gugur akibat serbuan tentara Gelanggelang yang dikirim Jayakatwang. Istana Singasari pun telah diduduki.

Hal tersebut membuat Raden Wijaya bersama istrinya dan sejumlah pasukan yang tersisa, meninggalkan Singasari untuk menuju Madura. Mereka hendak menemui Adipati Wiraraja.

Mengutip buku “Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit”, karya Prof. Dr. Slamet Muljana (2005), Wirajaya menyarankan Raden Wijaya agar menyerahkan diri kepada Jayakatwang.

Wirajaya jugalah yang mengusulkan kepada Raden Wijaya untuk membuka hutan di daerah Tarik. Raden Wijaya menuruti perkataan Wirajaya.

Ketika mengabdi kepada Jayakatwang, Raden Wijaya mengusulkan untuk membuka hutan Tarik sebagai tempat berburu Raja Jayakatwang.

Hutan itu pun diubah menjadi hunian sekaligus tempat untuk membanguan kekuatan. Tempat tersebut kemudian dinamakan Majapahit atau Wilwatikta.

Baca juga: Berdiri pada Abad Ke-13, Ini Sejarah Kerajaan Majapahit dan Pendirinya

Asal-usul penamaan Majapahit adalah saat para pekerja mulai membuka hutan Tarik, banyak ditemukan buah maja (wilwa) dan saat dimakan terasa pahit (tikta).

Raden Wijaya dan Wirajaya akhirnya mampu membangun kekuatan untuk menyerbu Jayakatwang.

Apalagi, kala itu, mereka mendengar kabar kedatangan tentara Tartar dari Mongol.

Pasukan tersebut sebenarnya hendak menyerbu Raja Kertanegara yang telah dibunuh oleh tentara Jayakatwang.

Oleh Raden Wijaya dan Wirajaya, pasukan Tartar diajak bekerja sama.

Gabungan pasukan itu akhirnya berhasil menjatuhkan Jayakatwang. Kerajaan Gelanggelang pun runtuh.

Raden Wijaya lantas mengambil alih kekuasan dan memimpin wilayah Jawa dari Majapahit.

Sebelum diangkat menjadi Raja Majapahit, Wijaya terlebih dulu mengusir pasukan Tartar.

Baca juga: Kerajaan Majapahit: Sejarah, Raja-raja, Keruntuhan, dan Peninggalan

Masa kejayaan Kerajaan Majapahit

Ukiran sejarah Indonesia yang mengelilingi Monumen Nasional, Jakarta. Di sudut timur laut yang menggambarkan kemaharajaan kuno Indonesia, di bagian kanan adalah Gajah Mada, Mahapatih Kerajaan Majapahit.Wikimedia Commons/Gunawan Kartapranata Ukiran sejarah Indonesia yang mengelilingi Monumen Nasional, Jakarta. Di sudut timur laut yang menggambarkan kemaharajaan kuno Indonesia, di bagian kanan adalah Gajah Mada, Mahapatih Kerajaan Majapahit.

Kerajaan Majapahit mengalami masa keemasan ketika dipimpin oleh Hayam Wuruk.

Cucu Raden Wijaya ini memerintah pada 1350 M hingga 1389 M. Saat memimpin, ia didampingi Patih Gajah Mada.

Masa kejayaan Kerajaan Majapahit disebut tak terlepas dari peran Gajah Mada.

Dia diangkat sebagai patih amangku bhumi pada 1336 M atau sewaktu Tribhuwana Tunggadewi berkuasa.

Saat penobatannya, Gajah Mada bersumpah untuk menyatukan Nusantara di bawah panji Majapahit. Sumpah itu dinamakan Amukti Palapa atau dikenal dengan Sumpah Palapa.

Baca juga: Sejarah Hidup Gajah Mada, Perjuangan, dan Cita-cita

Slamet Muljana menuturkan, dalam sumpah itu, Gajah Mada berkeinginan untuk menguasai negara-negara di luar Majapahit.

Negara-negara tersebut yakni Gurun (Lombok), Seran (Seram), Tanjung Pura (Kalimantan), Haru (Sumatera Utara), Pahang (Malaya), Dompo, Bali, Sunda, Palembang (Sriwijaya) dan Tumasik (Singapura).

Gajah Mada pun mewujudkan sumpahnya. Wilayah Kerajaan Majapahit menjadi luas, bahkan melebihi dari yang dicita-citakan.

Kerajaan Majapahit menguasai sebagian besar wilayah Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya, dan wilayah-wilayah kepulauan di timur Jawa.

Negara-negara yang dikuasai Majapahit tercatat dalam Kitab Negarakertagama pupuh 13 dan 14.

"Terbukti, nama-nama negara nusantara yang tercatat dalam pupuh tersebut jauh lebih banyak daripada yang dinyatakan dalam sumpah Nusantara," sebut Slamet dalam bukunya.

Baca juga: Peristiwa Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit

Keruntuhan Kerajaan Majapahit

Juru Pelihara Candi Ngetos Aris Trio Effendi membersihkan rumput yang tumbuh di Candi Ngetos, Minggu (14/3/2021). Candi ini merupakan tempat pendharmaan Hayam Wuruk, raja Kerajaan Majapahit.KOMPAS.com/USMAN HADI Juru Pelihara Candi Ngetos Aris Trio Effendi membersihkan rumput yang tumbuh di Candi Ngetos, Minggu (14/3/2021). Candi ini merupakan tempat pendharmaan Hayam Wuruk, raja Kerajaan Majapahit.

Kerajaan Majapahit yang kekuatannya begitu hebat, akhirnya mulai mengalami keruntuhan. Kerutuhan Kerajaan Majapahit terjadi setelah masa Hayam Wuruk.

Salah satu penyebab keruntuhan Kerajaan Majapahit adalah konflik internal.

Dalam bukunya, "Hikayat Majapahit; Kebangkitan dan Keruntuhan Kerajaan Terbesar di Nusantara”, Nino Oktorino menjelaskan bahwa keruntuhan Kerajaan Majapahit disebabkan adanya Perang Paregreg.

Perang Paregreg melibatkan dua kerabat kerajaan, yaitu Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana.

Nama yang disebut di akhir adalah penguasa singasana Kerajaan Majapahit selepas Hayam Wuruk. Dia diangkat menjadi raja pada 1389 M.

Baca juga: Ikan Wader Sambel Cobek, Kuliner Khas Mojokerto dari Zaman Kerajaan Majapahit

Wikramawardhana merupakan menantu sekaligus keponakan Hayam Wuruk.

Pengangkatan Wikramawardhana mendapat pertentangan dari Bhre Wirabhumi, putra Hayam Wuruk dari seorang selir.

Semasa kepimpinan Wikramawardhana, banyak daerah di wilayah kekuasaan Majapahit yang melepaskan diri tanpa bisa dicegah.

Hal tersebut tambah diperparah dengan terjadinya wabah kelaparan pada 1426 M.

Nino mengatakan, keruntuhan Majapahit juga dipengaruhi oleh menguatnya pengaruh Dinasti Ming dan beberapa daerah bekas bawahan Kerajaan Majapahit.

Baca juga: Mengenal Situs Kumitir, Jejak Istana Menantu Pendiri Kerajaan Majapahit

Peninggalan Kerajaan Majapahit

Pintu gerbang istana Bhre Wengker di Situs Kumitir. Jejak arkeologis peninggalan Kerajaan Majapahit itu berada di Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

KOMPAS.com/MOH SYAFI'I Pintu gerbang istana Bhre Wengker di Situs Kumitir. Jejak arkeologis peninggalan Kerajaan Majapahit itu berada di Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Jejak peninggalan Kerajaan Majapahit banyak dijumpai di daerah Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Melansir pemberitaan Kompas.com, 4 Mei 2021, arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Dwi Nugroho, mengungkapkan bahwa adanya temuan di kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan, membuktikan keberadaan Kerajaan Majapahit di masa lampau.

Baca juga: Melihat Jejak Peninggalan Kerajaan Majapahit di Jember

Dia menyatakan Kerajaan Majapahit bukanlah mitos.

"Berdasarkan bukti arkeologis, Majapahit memang ada, bahkan bukan sekadar pernah ada. Majapahit merupakan negara besar dan memiliki peradaban maju," ujarnya.

Selain itu ditemukan juga Situs Kumitir di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto.

Baca juga: Mengapa Arkeolog Yakin Situs Kumitir merupakan Istana Menantu Pendiri Kerajaan Majapahit?

Kajian arkeolog terhadap Situs Kumitir menyimpulkan bahwa struktur bangunan itu merupakan istana persinggahan Raja (Bhre) Wengker di Kotaraja Majapahit.

Istana atau puri itu kerap dipakai oleh raja-raja bawahan dan bangsawan Majapahit ketika akan menemui Raja Majapahit ataupun saat bertugas di Kotaraja Kerajaan Majapahit.

Bukti-bukti peninggalan Kerajaan Majapahit hingga kini masih bisa disaksikan, terutama di wilayah Jawa Timur.  

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Jombang, Moh. Syafii | Editor: David Oliver Purba) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas Pusdataru: Rawa Pening Bisa Jadi 'Long Storage' Air Hujan, Solusi Banjir Pantura

Dinas Pusdataru: Rawa Pening Bisa Jadi "Long Storage" Air Hujan, Solusi Banjir Pantura

Regional
Sungai Meluap, Banjir Terjang Badau Kapuas Hulu

Sungai Meluap, Banjir Terjang Badau Kapuas Hulu

Regional
Diduga Korupsi Dana Desa Rp  376 Juta, Wali Nagari di Pesisir Selatan Sumbar Jadi Tersangka

Diduga Korupsi Dana Desa Rp 376 Juta, Wali Nagari di Pesisir Selatan Sumbar Jadi Tersangka

Regional
Gunung Semeru 4 Kali Meletus Pagi Ini

Gunung Semeru 4 Kali Meletus Pagi Ini

Regional
Ban Terbalik, Pencari Batu di Lahat Hilang Terseret Arus Sungai Lematang

Ban Terbalik, Pencari Batu di Lahat Hilang Terseret Arus Sungai Lematang

Regional
Cemburu Istri Hubungi Mantan Suami, Pria di Kabupaten Semarang Cabuli Anak Tiri

Cemburu Istri Hubungi Mantan Suami, Pria di Kabupaten Semarang Cabuli Anak Tiri

Regional
Nasdem dan PKB Silaturahmi Jelang Pilkada di Purworejo, Bahas Kemungkinan Koalisi

Nasdem dan PKB Silaturahmi Jelang Pilkada di Purworejo, Bahas Kemungkinan Koalisi

Regional
Ibu di Bengkulu Jual Anak Kandung Rp 100.000 ke Pacarnya

Ibu di Bengkulu Jual Anak Kandung Rp 100.000 ke Pacarnya

Regional
Bukan Cincin, Jari Pria Ini Terjepit Tutup Botol dan Minta Bantuan Damkar

Bukan Cincin, Jari Pria Ini Terjepit Tutup Botol dan Minta Bantuan Damkar

Regional
Kejari Pontianak Bantah Hambat Perkara Mantan Caleg Tipu Warga Rp 2,3 Miliar

Kejari Pontianak Bantah Hambat Perkara Mantan Caleg Tipu Warga Rp 2,3 Miliar

Regional
Bukan Modus Begal, Pria Terkapar di Jalan dalam Video di TNBBS Ternyata Kecelakaan

Bukan Modus Begal, Pria Terkapar di Jalan dalam Video di TNBBS Ternyata Kecelakaan

Regional
Pj Wali Kota Muflihun Minta Jalan Rusak Segera Diperbaiki, Dinas PUPR Pekanbaru: Secara Bertahap Telah Diperbaiki

Pj Wali Kota Muflihun Minta Jalan Rusak Segera Diperbaiki, Dinas PUPR Pekanbaru: Secara Bertahap Telah Diperbaiki

Regional
Asmara Berujung Maut, Wanita di Wonogiri yang Hilang Sebulan Ternyata Dibunuh Pacar

Asmara Berujung Maut, Wanita di Wonogiri yang Hilang Sebulan Ternyata Dibunuh Pacar

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Regional
Jembatan Menuju Pos Pantau TNI AL di Pulau Sebatik Ambruk, DPRD Desak Segera Bangun Ulang

Jembatan Menuju Pos Pantau TNI AL di Pulau Sebatik Ambruk, DPRD Desak Segera Bangun Ulang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com