BANDUNG, KOMPAS.com – Mahasiswa dan dosen Telkom University membuat gelang pendeteksi dini Tsunami yang menggunakan teknologi Long Range (Lora) bernama Gelora.
Tim Mahasiswa Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro yang beranggotakan Yasyfa Rifiani Putri, Muhamad Ridwansyah, Nur Rizki Rahmatulloh, Reyhan Fajar Nasution dan dibimbing oleh dosen Harfan Hian Ryanu ini membuat gelang yang mampu mendeteksi tsunami dan menggantikan alat pendeteksi tsunami yang telah ada yaitu Buoy.
Baca juga: Kisah Dosen ITB Bikin Ventilator Indonesia, Rela Dicibir, Tidur di Masjid, hingga Dapat Dana Rp 10 M
Ketua tim Yasyfa Rifani Putri menjelaskan bahwa konsep alat ini menggunakan teknologi Lora yang memanfaatkan gelombang frekuensi di antara 921-923 MHz (regulasi AS923-2).
“Kami membuat alat pendeteksi tsunami versi kami sendiri dengan menggunakan sensor ultrasonik dalam mengukur jarak penyurutan permukaan air. Hasil ukur tersebut lalu dikirim menuju gateway menggunakan teknologi LoRa," kata Yasyfa melalui keterangannya, Jumat (17/9/2021).
Baca juga: Mahasiswa Unesa Sulap Limbah Spanduk Jadi Tas Unik, Ini Pesan di Balik Inovasi Mereka
Gateway selanjutnya meneruskan data ke server untuk keperluan monitoring. Saat permukaan air surut (menandakan tsunami), server akan mengirimkan data berupa notifikasi menuju gelang menggunakan LoRa.
Gelang akan memberi notifikasi berupa teks dan suara kepada pengguna ketika ada tanda tsunami (permukaan surut).
Baca juga: Kisah Pemuda di Magetan Ubah Kampung Menjadi Warna-warni dengan Modal Jimpitan
Wilayah Indonesia sebagai wisata bahari yang juga berpotensi tsunami, menjadi latar belakang pembuatan alat ini. Gelang ini bermanfaat menambah keamanan dan keselamatan bagi turis dan masyarakat untuk mendeteksi lebih dini apabila akan terjadi tsunami.
Sehingga dapat memberikan waktu bagi masyarakat untuk evakuasi 15-20 menit sebelum tsunami terjadi. Tak hanya itu, gelang yang dilengkapi GPS juga akan sangat membantu tim penolong saat melakukan pencarian.
Baca juga: Hand Sanitizer dari Sampah Kulit Buah, Inovasi Dosen Unilak Pekanbaru
Sensor detak jantung pada alat berguna mendeteksi korban saat mendapat pertolongan pertama ketika ditemukan, dengan begitu diharapkan dapat meminimalisir kematian.
“Jadi latar belakangnya sendiri karena early warning system untuk tsunami di Indonesia sendiri itu cukup buruk, bahkan Buoy-nya juga sudah tidak berfungsi, hilang atau rusak. Selain itu susah untuk lacak korban yang hilang pasca bencana.” katanya.