Aksi bentang poster itu segera menjadi sorotan, setelah aparat mengamankan dirinya.
Sepekan setelahnya, di tengah suasana ketakutan yang dia rasakan akibat tindakannya, Suroto menerima undangan dari Biro Protokol Sekretariat Presiden untuk hadir ke Istana Kepresidenan di Jakarta.
"Saya kira undangan lewat WA (WhatsApp) itu hoaks, dikirim orang yang mau meledek saya," kenang dia.
Tapi segera setelahnya dia diyakinkan undangan itu benar.
Bagi Suroto, keberhasilannya mendapatkan perhatian Jokowi dengan posternya seperti sudah ditakdirkan.
Pada hari kejadian, Suroto memilih untuk tidak berkumpul dengan peternak ayam yang lain yang juga berencana membentangkan poster mereka masing-masing.
Pilihan memisahkan diri dari rekan-rekannya itu membuat dirinya lolos dari hadangan aparat keamanan yang telah mengetahui rencana aksi bentang poster itu.
Mengendarai sepeda motor seorang diri, Suroto berangkat ke Kota Blitar setelah membeli selembar kertas poster dan sebuah spidol.
Dia menuju ke rumah keponakannya di wilayah Kota Blitar guna menuliskan pesan yang hendak dia sampaikan.
Dibantu keponakannya, dia tulislah kalimat "Pak Jokowi Tolong Bantu Peternak Beli Jagung dengan Harga Wajar".
"Sebenarnya ada dua kata di akhir kalimat yang kurang terbaca karena waktu menulis itu kok enggak muat, maka saya tulis kecil di ujung, di pojok bawah poster. Bunyinya, 'telur murah'," ujar dia.
Dengan tambahan frasa "telur murah", dia bermaksud mengatakan bahwa peternak sedang menghadapi harga jagung yang mahal pada saat harga telur sedang jatuh.
Belum selesai dia tuliskan kalimat pada poster itu, deru suara helikopter terdengar, memberitahu dirinya bahwa rombongan Presiden telah tiba di Blitar.
Usai menyelesaikan kalimat itu, ia melipat poster itu dan bergegas.
Awalnya dia hendak menunggu Jokowi di sekitar Taman Makam Pahlawan di Jalan Sodanco Supriyadi, tapi dia urungkan dan berbelok ke area parkir PIPP di mana Jokowi hendak meninjau vaksinasi.