Guru milenial yang sudah mengabdi enam tahun ini merasa senang, ada kepedulian pihak luar sekolah yang turut terlibat melakukan pembinaan terhadap siswa.
"Menjadi guru di saat pandemi ini lelahnya luar biasa. Karena kami bekerja 24 jam, untuk melayani anak yang konsultasi tugas maupun materi pembelajaran," kata Fitri.
Pemasalahan selama pandemi
Fitri menjelaskan, ditemukan sejumlah permasalah selama sekolah daring di masa pandemi
Dia menyebut ada anak yang menjadi sopir untuk bekerja, bahkan ada yang menikah.
Persoalan lain nya, ada anak yang pulang kampung, kemudian di desanya tidak ada listrik dan sinyal. Tentu saja mereka sama sekali tidak bisa mengikuti sekolah daring.
Ada juga murid yang kerjanya main game dan menghabiskan paket internet yang seharusnya untuk belajar.
"Dari situ memang banyak masalah, ada yang kehabisan paket buat main game, bukan belajar. Ada yang kerja jadi sopir, ada yang nikah bahkan ada yang selama sekolah daring tidak pernah hadir," kata Fitri.
Guru yang pernah mengajar di pelosok daerah tanpa sinyal dan listrik ini menilai, seharusnya anak-anak itu memanfaatkan sekolah tatap muka dengan baik. Mereka harusnya mengejar materi pembelajaran yang tertinggal saat pandemi.
"Pandemi tidak tahu kapan berakhir. Kasus Covid masih bisa naik atau turun. Jadi saat kasus turun, pemerintah boleh belajar tatap muka, memang harus dimanfaatkan sebaik mungkin," ucap Fitri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.