KOMPAS.com - Gara-gara telat bayar uang kos selama dua bulan, satu keluarga asal Kartasura di Jawa Tengah, terpaksa tidur di warung angkringan sembari berjualan.
Kondisi itu membuat Wiwin Hariyati (48) dan suaminya Cahyo Yulianto (52) menangis karena memikirkan nasib tujuh anak mereka.
Baca juga: Wanita Muda Hamil 8 Bulan Tewas di Kos Semarang, Saksi Temukan Ini
Wiwin mengaku sudah berusaha meminta waktu untuk melunasi tunggakan uang kos itu. Namun pemilik kos tak bergeming.
"Saya sampai nangis. Saya minta tempo waktu pembayaran, tapi tetap tidak bisa. Kami disuruh harus bayar hari itu juga. Kalau tidak bisa suruh pergi," kata dia.
Wiwin mengatakan, anak-anaknya tersebut sudah lima hari tidur di angkringan tempat suaminya berjualan.
Sebetulnya, kata Wiwin, dirinya memiliki 13 anak. Namun, yang ikut tidur di angkringan hanya 7 anak.
Dari 13 anak itu, katanya, baru 10 anak yang masuk Kartu Keluarga (KK). Sedangkan tiga lainnya belum dimasukkan dalam KK.
Anaknya yang paling kecil usianya enam tahun dan paling besar usia 31 tahun.
Baca juga: Diusir dari Kos, Pasutri di Sukoharjo Ajak 7 Anaknya Tidur di Warung Angkringan
"Di sini yang ikut tidur dengan saya tujuh anak dan suami. Jadi ada sembilan orang. Yang lainnya kerja dan tidur di kerjaannya. Cuma kalau makan ke sini," ungkap dia.
Selain itu, Wiwin dan keluarganya mengaku sering berpindah kos.
Sementara untuk mencukupi kebutuhan keluarga, suaminya bekerja sebagai penjual makanan di angkringan di depan SMPN 3 Kartasura di Jalan Solo-Semarang.
Di angkringan itulah anak-anaknya terpaksa tidur di pinggir jalan usai diusir dari indekos.
"Rencana mau cari kos baru buat anak-anak. Tapi nanti, untuk jualan masih tetap di sini," kata Wiwin.
Baca juga: Terdampak Pandemi, Penjual Angkringan Bikin Baliho Kepak Sayap Empon-Empon untuk Promosi
Sementara itu, Lurah Kartasura Agus Jaelani mengatakan, Cahyo dan keluarga memang masih tercatat sebagai warga Kartasura.
Namun, kelaurga tersebut sudah lama tidak tinggal di Kartasura.
Kata Jaelani, Cahyo dan keluarganya tidak memiliki tempat tinggal yang menetap. Mereka selalu berpindah-pindah tempat.
"Dia ke Klaten pernah dan selalu pindah-pindah. Yang terakhir di sini berjualan di sini," ungkapnya.
Namun demikian, pihaknya akan memfasilitasi Cahyo dan keluarga agar bisa mendapat tempat tinggal layak.
"Sambil kita berjalan. Ini kan mata pencaharian beliau biar usahanya jalan. Terpenting nanti tempat untuk tinggalnya. Kita akan komunikasikan dengan Mas Cahyo," turur dia.
(Penulis: Kontributor Solo, Labib Zamani | Editor: Dony Aprian)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.