Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Uang Kuno di Jambi, Mulai Koin Picis dari China, Koin VOC hingga Oeang Republik Indonesia Provinsi Sumatera

Kompas.com - 16/09/2021, 10:38 WIB
Suwandi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAMBI, KOMPAS.com - Museum Perjuangan Rakyat Jambi memamerkan koleksi uang kuno dari zaman kerajaan hingga era modern saat ini selama sepekan, mulai 15 September 2021. Ada 70 koleksi uang kuno dalam bentuk koin dan kertas yang dipamerkan. 

Masing-masing uang kuno memiliki catatan sejarah, bagaimana uang tercipta lantaran dipengaruhi perdagangan rempah dunia, atau masa perang kemerdekaan. Terutama untuk Jambi. 

"Kita pamerkan uang kuno, mulai dari masa kerajaan sampai setelah kemerdekaan," kata Kepala Satuan Kerja Museum Perjuangan Rakyat Jambi, Yulhandri di ruang pameran, Rabu (15/9/2021).

Baca juga: Koleksi Uang Kuno Ditawar Rp 5 Juta Per Keping, Aris Menolak, Ini Alasannya

Koin Picis

Koleksi paling tua, kata Yulhandri datang dari masa kerajaan. Pada masa itu, kerajaan di Nusantara telah menggunakan koin kasha atau picis dari China yang digunakan sejak abad ke-11. 

Koin picis di masa itu digunakan sebagai alat pembayaran saat perdagangan rempah, terutama di daerah jalur rempah seperti Jambi, yang menghubungkan China dengan Eropa. 

Koin picis ini mudah rusak jika jatuh, serta mudah menempel jika kena air. Mutu koin picis rendah karena terbuat dari timah hitam dan ampas tembaga.

Bentuknya bulat pipih, bagian tengahnya terdapat lubang segi empat. Kelemahan lainnya, uang ini sangat mudah dipalsukan, sehingga nilai tukarnya menjadi rendah.

Baca juga: Aris, Kolektor Ratusan Keping Uang Kuno dari Era Majapahit hingga Awal Republik

Mata uang kesultanan Jambi

Pada abad ke-17, Kesultanan Jambi membuat mata uang sendiri. 

Seri pertama berupa koin beraksara Jawa dengan tulisan "Sultan Jambi". Koin ini terbuat dari timah berbentuk bundar dengan lubang bundar di bagian tengah.

Penggunaan koin beraksara Jawa ini tidak lama, karena langsung diganti koin beraksara Arab Melayu dengan tulisan "S Anom Sri Ingolongo".

Bentuk koinnya tetap bundar namun bagian dalamnya ada lubang berbentuk segi enam dan delapan.

Uang ini cukup lama bertahan, sampai masuk Belanda di Abad-19 yang membuat perang berkecamuk.

Baca juga: Terungkap, Uang Koin Kuno yang Ditemukan Warga di Lamongan dari Abad Ke-10 sampai Ke-12 Masehi

 

Koin VOC, Portugis, dan Jepang

Pada abad ke-19, selain beredar koin Sultan Jambi, juga beredar mata uang asing yakni dari Portugis dan VOC Belanda. 

Portugis mengedarkan mata uang yang terbuat dari perak, yaitu piastre Spanyol yang disebut juga mat, pasmat, real, atau dollar.

Sementara Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC) Belanda mengedarkan bermacam-macam mata uang seperti rijksdaalder, dukat, stuiver, gulden, dan doit.

Bahan yang digunakan adalah emas, perak, tembaga, nikel, dan timah. Bentuknya bundar pipih dengan ukuran diameter yang tidak sama. Mata uang tersebut dibuat di Negeri Belanda.

Di masa VOC, istilah duit menjadi lebih terkenal. "Kemungkinan kata 'duit' yang kita kenal sekarang ini berasal dari kata doit yang kemudian dalam bahasa Arabnya berbunyi doewit," tulis Djani A Karim dalam bukunya "Mata Uang dalam Sejarah".

Kemudian pada masa era perang kemerdekaan, Jepang sempat menjajah Indonesia selama 3,5 tahun. Pada masa itu juga diperkenalkan mata uang Nippon. 

Oeang Republik Indonesia

Setelah Jepang kalah perang, Indonesia pun merdeka dan segera menerbitkan Oeang Republik Indonesia (ORI). ORI ini resmi beredar pada 30 Oktober 1946.

Kala itu, pemerintah Republik Indonesia berupaya mendistribusikan ORI secara hati-hati ke berbagai daerah, agar bebas dari gangguan tentara Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Saat itu, Belanda sedang gigih menguasai kembali Indonesia.

Tepat pada 1947, keadaan sejumlah daerah memanas. Pertempuran antara pejuang pro-Republik dan tentara menghambat distribusi ORI.

Keadaan makin parah ketika Belanda menggelar Agresi Militer I yang menyebabkan kedudukan Republik di sejumlah wilayah goyah. Belanda berhasil merebut sejumlah wilayah Republik. Hal ini diperkuat oleh Perjanjian Renville pada Januari 1948.

Sumatera Terbitkan ORIPS, hingga muncul uang kertas ORIDA

Keadaan genting ekonomi karena ORI tak beredar dan rawan dipalsukan, membuat tokoh-tokoh di Sumatera mengusulkan agar pemerintah pusat mengizinkan mereka mengeluarkan uang sendiri.

Selama menunggu persetujuan pusat, pemerintah Sumatra mengambil inisiatif mencetak uang sendiri dengan nama Oeang Republik Indonesia Provinsi Sumatra (ORIPS).

Menyikapi penerbitan uang atas inisiatif pemerintah setempat, pemerintah pusat secara resmi mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 19/1947 tanggal 26 Oktober 1947.

Isinya membolehkan pemerintah daerah tingkat provinsi, karesidenan, dan kabupaten untuk menerbitkan Oeang Republik Indonesia Daerah (ORIDA).

“ORIDA adalah uang kertas atau tanda pembayaran yang sah yang berlaku secara terbatas di daerah," kata Yulhandri.

Uang-uang terbitan daerah di Jawa dan Sumatera, di Jambi bernama ORIDJA

Setelah peraturan ORIDA keluar, pemerintah daerah di Jawa dan Sumatra tanpa ragu menerbitkan alat-alat pembayaran sendiri.

Bentuknya tak hanya uang. Ada juga bentuk bon, surat tanda penerimaan uang, kupon gerilya, kupon getah, surat mandat, dan tanda pembayaran.

Beberapa mata uang daerah yang beredar misal Oeang Republik Sumatera Utara (ORISU), Oeang Republik Indonesia Daerah Tapanoeli (ORITA), Oeang Republik Daerah Djambi (ORIDJA), Oeang Republik Indonesia Daerah Atjeh (ORIDA), Oeang Mandat yang dikeluarkan oleh Dewan Pertahanan Daerah Sumatera Selatan, hingga Oeang Kertas Darurat untuk Daerah Banten (OERIDAB).

Nominal ORIDA 40 rupiah misalnya, berbentuk kertas dengan sisi depan orang memegang senapang, dan di sisi belakang ada sawah dan batang padi.

Untuk uang 25 rupiah, bergambar kapal laut, pesawat udara dan gambar seorang wanita memakai kebaya.

Kupon perjuangan sebagai alat pembayaran di Jambi

Terkait sejarah percetakan Coupon Perjuangan tahun 1947 daerah Keresidenan Jambi juga menerbitkan uang kertas yang dikenal Coupon Penukaran yang berlaku hanya untuk wilayah Jambi saja.

Coupon dicetak dengan mempergunakan mesin cetak "hand press" yang dibeli oleh pemerintah daerah Jambi dari percetakan SOEI Liong.

Nilai uang kupon yang dicetak tersebut antara lain Rp 0,5, Rp 1, Rp 2,5, Rp 5, dan Rp 10.

Adapun bahan uang itu berasal dari kertas kopi dan tintanya dari tinta stensil. Awalnya uang ini ditandatangani sendiri oleh Residen namun karena jumlah uangnya banyak akhirnya digunakan stempel tanda tangan.

Penerbitan uang Coupon karena ORIPS dianggap memiliki nilai yang tinggi seperti pecahan Rp10 dan pecahan Rp25, sementara standar harga barang-barang kebutuhan sehari-hari di Jambi masih sangat rendah dibandingkan dengan daerah-daerah lain.

Saat itu semua harga barang-barang ekspor impor dan semua pembayaran wajib kepada negara diperhitungkan dengan nilai kurs dolar Singapura.

Begitu juga naik turunnya harga barang menurut atau mengikuti naik turunnya harga karet dengan nilai dolar namun uang dolar tersebut tidak tampak peredarannya di pasaran.

Untuk mengatasi kelancaran jual beli barang makanan terutama terhadap pedagang kecil maka keresidenan Jambi mencetak uang kecil berupa coupon penukaran.

Uang RI pasca-kemerdekaan

Pada 1953-1959, Bank Indonesia sudah banyak mengeluarkan uang kertas dengan nominal Rp 500, Rp 100, Rp 50, dan Rp 5, bergambar Soekarno.

Lalu pada 1959-1966 pemerintah kembali mengeluarkan uang model baru yakni gambar Soeharto dan Soedirman.

Pertama kali, nominal Rp 50.000 dicetak bergambar Soeharto.

Diburu kolektor, harga uang kuno jadi mahal

Jual beli uang kuno, kata Yulhandri menyulitkan pemerintah mendapatkan koleksi uang kuno di masyarakat.

"Kebanyakan masyarakat meminta ganti rugi, dengan harga tinggi. Namun banyak pula mereka yang sukarela memberikan atau menitipkan koleksinya di museum," terang Yulhendri.

Perdagangan uang kuno tidak hanya marak di kalangan kolektor, tetapi juga di pasar digital. Toko online menampilkan harga koin lama dengan harga Rp 100 juta - Rp 300 juta.

"Mahalnya harga di kalangan kolektor, terkadang tidak terletak pada sejarahnya, tetapi keunikan gambar, kelangkaan dan keutuhan uang," sebut Yulhandri.

Bahkan untuk saat ini, sudah tersedia uang elektronik. Sehingga tidak perlu menggunakan uang secara fisik. Tentu perubahan teknologi dalam mencetak uang, akan terus berkembang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Regional
Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Regional
Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Regional
Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Regional
Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Regional
39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

Regional
Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Regional
Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Regional
Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Regional
Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Regional
Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Regional
Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Regional
Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Regional
Buntut Kasus Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Kades di Magelang Diberhentikan Sementara

Buntut Kasus Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Kades di Magelang Diberhentikan Sementara

Regional
Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com