JAMBI, KOMPAS.com - Museum Perjuangan Rakyat Jambi memamerkan koleksi uang kuno dari zaman kerajaan hingga era modern saat ini selama sepekan, mulai 15 September 2021. Ada 70 koleksi uang kuno dalam bentuk koin dan kertas yang dipamerkan.
Masing-masing uang kuno memiliki catatan sejarah, bagaimana uang tercipta lantaran dipengaruhi perdagangan rempah dunia, atau masa perang kemerdekaan. Terutama untuk Jambi.
"Kita pamerkan uang kuno, mulai dari masa kerajaan sampai setelah kemerdekaan," kata Kepala Satuan Kerja Museum Perjuangan Rakyat Jambi, Yulhandri di ruang pameran, Rabu (15/9/2021).
Baca juga: Koleksi Uang Kuno Ditawar Rp 5 Juta Per Keping, Aris Menolak, Ini Alasannya
Koin Picis
Koleksi paling tua, kata Yulhandri datang dari masa kerajaan. Pada masa itu, kerajaan di Nusantara telah menggunakan koin kasha atau picis dari China yang digunakan sejak abad ke-11.
Koin picis di masa itu digunakan sebagai alat pembayaran saat perdagangan rempah, terutama di daerah jalur rempah seperti Jambi, yang menghubungkan China dengan Eropa.
Koin picis ini mudah rusak jika jatuh, serta mudah menempel jika kena air. Mutu koin picis rendah karena terbuat dari timah hitam dan ampas tembaga.
Bentuknya bulat pipih, bagian tengahnya terdapat lubang segi empat. Kelemahan lainnya, uang ini sangat mudah dipalsukan, sehingga nilai tukarnya menjadi rendah.
Baca juga: Aris, Kolektor Ratusan Keping Uang Kuno dari Era Majapahit hingga Awal Republik
Mata uang kesultanan Jambi
Pada abad ke-17, Kesultanan Jambi membuat mata uang sendiri.
Seri pertama berupa koin beraksara Jawa dengan tulisan "Sultan Jambi". Koin ini terbuat dari timah berbentuk bundar dengan lubang bundar di bagian tengah.
Penggunaan koin beraksara Jawa ini tidak lama, karena langsung diganti koin beraksara Arab Melayu dengan tulisan "S Anom Sri Ingolongo".
Bentuk koinnya tetap bundar namun bagian dalamnya ada lubang berbentuk segi enam dan delapan.
Uang ini cukup lama bertahan, sampai masuk Belanda di Abad-19 yang membuat perang berkecamuk.
Baca juga: Terungkap, Uang Koin Kuno yang Ditemukan Warga di Lamongan dari Abad Ke-10 sampai Ke-12 Masehi