Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie menjelaskan, fenomena hujan es tersebut adalah hal wajar.
Pasalnya, sekarang sedang terjadi peralihan musim kemarau ke penghujan.
"Namun demikian, faktor lokal terkadang juga ikut memengaruhi. Biasanya ditandai dengan peningkatan suhu pada pagi hari disusul dengan hujan lebat pada siang dan sore hari," tuturnya, Rabu.
Hujan es terbentuk di saat adanya kondensasi uap air hujan yang relatif cepat.
Baca juga: Penjelasan BMKG soal Fenomena Hujan Es di Banjarnegara
Dia mengungkapkan, dari hasil analisis dinamika atmosfer, terdapat aktivitas fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) pada kuadaran 3 di wilayah Indonesia.
MJO teramati bersamaan dengan aktifnya fenomena gelombang Ekuatorial di sekitar wilayah Jawa Tengah.
Selain itu, di sebagian besar perairan di Indonesia, suhu muka laut dan anomali suhu muka laut terpantau masih hangat.
Kondisi tersebut, jelasnya, mendukung peningkatan suplai uap air. Hal ini dapat menjadi sumber pembentukan awan-awan hujan (kumulonimbus), termasuk di wilayah Jawa Tengah.
Baca juga: Hujan Es Sebesar Kerikil Turun di Banyumas
Di samping itu, sambung Setyoajie, pembentukan awan kumolonimbus juga disebabkan adanya proses konvektif kuat.
Kondisi ini bermula ketika atmosfer yang masih labil pada skala lokal didukung oleh udara yang cukup basah dari lapisan bawah hingga lapisan atas.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Banyumas, Fadlan Mukhtar Zain; Kontributor Ungaran, Dian Ade Permana | Editor: Dony Aprian, Teuku Muhammad Valdy Arief)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.