Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Wasit Berlisensi C2 Rela Dibayar Rp 50.000 demi Pengobatan Anak

Kompas.com - 15/09/2021, 15:07 WIB
Dian Ade Permana,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SALATIGA, KOMPAS.com - Sekilas tak ada yang aneh pada Salis Hati Nurani (13). Anak itu tampak riang bermain bersama kucingnya, meski gerakannya sedikit lambat.

Namun siapa sangka, dia menderita penyakit Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) atau penyakit yang menyebabkan tubuh mudah memar atau berdarah, karena rendahnya jumlah sel keping darah.

Selain itu, dia juga divonis menderita Sindrom Mielodisplasia (MDS) atau kelainan yang disebabkan oleh sel darah yang tidak terbentuk sempurna.

Baca juga: PON XX Papua 2021, 15 Cabor Bakal Jadi Ajang Tugas Wasit Asal Yogyakarta

Salis adalah anak pertama Siswantoro (44) dan Komasolata (42), warga RT 1/RW 5 Sejambu Kesongo Tuntang Kabupaten Semarang. Dia diketahui menderita penyakit tersebut saat TK.

"Saat itu, dia tiba-tiba pilek dan mimisan, lalu di tubuhnya ada lebam-lebam. Di tubuhnya juga ada gejala seperti demam berdarah," jelasnya saat ditemui, Rabu (15/9/2021).

Dengan kondisi tersebut, Salis dibawa ke klinik.

Namun dari klinik menyarankan Salis agar dirawat di RSPAW Salatiga karena alat-alatnya lebih lengkap.

"Dari pemeriksaan diketahui dia mengidap ITP itu," papar Siswantoro.

Baca juga: Wahyana Wasit Olimpiade Tokyo 2020 Terharu Saat Dapat Penghargaan dalam Upacara HUT Ke-76 RI

Setelah menjalani perawatan beberapa waktu, dia disarankan membawa anaknya untuk berobat di dr. Bambang yang berada di Semarang.

"Di dr. Bambang juga mengatakan Salis kena ITP. Beliau mengatakan, tidak usah takut dan risau karena ini akan dirawat di RSUP. Kariadi. Pukul 10 malam, saya mengurus administrasi termasuk dengan Jamkesda. Perawatan pertama itu kurang lebih satu minggu," ungkapnya.

Siswantoro mengatakan, dia juga diminta menjaga kondisi anaknya.

Karena dengan sakitnya tersebut, Salis menjadi mudah sakit dan harus menjalani tranfusi darah minimal satu bulan sekali sebanyak delapan kantong.

"Selain itu juga menjaga agar Salis tidak banyak pikiran, tidak boleh lelah, dan makannya juga dijaga. Kalau salah-salah, bisa drop dan gusinya berdarah," paparnya.

Karena tidak boleh banyak pikiran, Salis pun berhenti sekolah saat kelas 1 SD.

"Pernah nekat sekolah satu minggu, malah dirawatnya dua minggu di rumah sakit. Akhirnya stop sekolah dan di rumah saja," kata Siswantoro.

Baca juga: Pernah Diteriaki Penonton, Ini Perjuangan Lia hingga Jadi Wasit Badminton Olimpiade Tokyo 2020

Dikatakan, kondisi saat ini terasa berat karena dia kehilangan pekerjaan.

"Dulu saya kerja di rental sound dan tenda, tapi selama pandemi Covid-19 ya tidak ada order. Ibunya juga tidak kerja karena harus menjaga Salis setiap waktu, juga memantau ya," kata Siswantoro.

Saat ini, dia hanya mengandalkan pendapatan dari upah menjadi wasit pertandingan sepakbola.

"Sekali pertandingan bisa dapat Rp 50.000, tapi juga tidak tentu karena tergantung yang mengundang. Tapi tidak masalah, yang penting ada pemasukan," ujarnya.

Dia mengungkapkan menjadi wasit dilakoninya dengan sepenuh hati karena merupakan hobinya sedari muda memang sepakbola.

"Mau jadi pemain profesional tidak mungkin, jadinya wasit saja. Untuk hiburan saya, sekaligus masyarakat yang menonton," kata Siswantoro.

Saat ini, dia memiliki lisensi wasit C2 sehingga boleh memimpin pertandingan hingga tingkat provinsi.

"Semoga pertandingan liga segera diputar dan saya ada pemasukan yang lebih baik. Kalau ada kesempatan, saya juga ingin ikut pelatihan untuk meningkatkan lisensi, tapi terpenting fokus saya kepada Salis dulu," kata Siswantoro.

Meski begitu, Siswantoro mengakui kendala terbesarnya adalah dia tidak memiliki sepeda motor.

"Saya jual dua bulan lalu, karena waktu itu memang butuh untuk perawatan Salis. Jadi ya saya jalan ke lapangan, jaraknya yang terjauh sekitar 15 kilometer," papar wasit lisensi C2 ini.

Baca juga: Kisah Qomarul Lailah, Guru SD Asal Surabaya Jadi Wasit Badminton di Olimpiade Tokyo 2020

Begitu juga jika akan mengantar Salis berobat ke RSUP. Kariadi, dia menggunakan jasa mobil carteran.

"Sekali berangkat minimal butuh Rp 200.000, ya saya usahakan ada uang karena kondisi Salis tidak bisa diprediksi. Kalau drop harus segera dirawat," kata Siswantoro.

Meski saat ini kondisi keuangannya sangat berat, Siswantoro menegaskan tidak akan berhutang ke bank atau orang lain.

Alasannya, dia tidak bekerja sehingga tidak ada jaminan waktu pembayaran.

"Saya minta tolong saja, kalau hutang takut memberatkan dan silaturahmi jadi rusak, malah jadi beban," tegasnya.

Baca juga: Jadi Wasit Bulu Tangkis Olimpiade Tokyo, Guru SMP di Gunungkidul Ini Sudah Singgahi 77 Negara

Siswantoro berharap ikhtiarnya untuk kesembuhan Salis mendapat hasil yang menggembirakan.

"Saya terus berusaha karena Salis juga semangatnya untuk sembuh sangat luar biasa," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Regional
Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Regional
Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Regional
Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Regional
Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Regional
39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

Regional
Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Regional
Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Regional
Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Regional
Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Regional
Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Regional
Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Regional
Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Regional
Buntut Kasus Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Kades di Magelang Diberhentikan Sementara

Buntut Kasus Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Kades di Magelang Diberhentikan Sementara

Regional
Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com